Kampung Unik di Kalimantan Timur, Singgah ke Desa Terpencilnya Bisa Lihat Rumah Pesut Mahakam
JAKARTA, iNews.id - Kampung unik di Kalimantan Timur selalu menarik untuk dikunjungi. Terutama jika singgah ke Desa Pela yang ada di Kutai Kartanegara, dijamin Anda akan betah berlama-lama di sana.
Desa Pela terletak di pinggir Sungai Mahakam. Tepatnya ada di Kecamatan Kota Bungun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Di kawasan inilah yang menjadi tempat konservasi perairan dan kawasan ekonomi esensial untuk keberlangsungan dan kelestarian ikan pesut Mahakam atau lumba-lumba air tawar.
Bahkan karena keunikannya, Desa Pela masuk dalam peringkat 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) Tahun 2022. Penasaran ingin tahu seperti apa keunikan Desa Pela di Kutai Kartanegara ini? Berikut ulasannya dirangkum pada Selasa (6/6/2023).
Desa Pela di Kutai Kartanegara terkenal akan keindahan alam dan warisan budayanya. Desa ini dikelilingi oleh hutan hijau yang lebat, bukit-bukit indah, dan sungai-sungai yang memberikan lingkungan yang tenang dan damai bagi para pengunjung. Berada di desa ini Anda akan menemukan beberapa rumah panjang tradisional Dayak. Di rumah panjang ini masyarakat setempat masih mempraktikkan adat istiadat mereka yang unik.
Ya, Desa Pela juga masih melestarikan rumah panjang Dayak. Rumah panjang ini memiliki arsitektur khas tradisional, dilengkapi dengan hiasan-hiasan kayu, dan dikelilingi oleh halaman yang luas. Desa Pela terletak di bantaran Sungai Mahakam, sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan air tawar. Uniknya, dari 12 desa yang ada dengan mayoritas etnis Kutai sedangkan satu-satunya penduduk dengan mayoritas etnis banjar di Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Berada di Kalimantan, Anda masih dapat menemukan Pesut Mahakam yang merupakan spesies mamalia yang hidup di air tawar. Ikan ini adalah salah satu jenis ikan yang dilindungi, karena saat ini keberadaannya hanya sekitar 80 ekor di Sungai Mahakam. Sedangkan, untuk yang melewati Sungai Pela hanya sekitar 20 ekor saja.
Desa Pela, dihuni oleh orang-orang suku Banjar yang datang ke kawasan tersebut dan memutuskan untuk mencari pekerjaan dan lari dari peperangan. Hal ini juga diistilahkan dengan kata "Pelarian" oleh suku Banjar. Sedangkan sejarah suku bugis datang ke Desa Pela yaitu untuk mencari ikan dan menjadi nelayan. Desa Pela Pada saat itu mengalami kemarau panjang dan cuacanya sangat panas, maka orang bugin menyebut dengan Mapelau (Panas).
Semakain Tahun Penduduk semakin Bertambah hingga tiba di mana Kepala Suku Banjar dan Bugis Ingin menamai kampung. Maka diadakanlah musyawarah. Kedua suku ini memiliki ide berbeda untuk penamaan desanya. Di mana suku Banjar ingin menamai kampung dengan nama PELArian Sedangkan suku bugis ingin Menamai kampung dengan nama mapelai. Kepala suku mengusulkan manamai suku ini sebagai Pela, dan kemudian semuanya sepakat untuk menamai desa ini sebagai Desa Pela.
Ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan, salah satunya adalah menjurai. Wisatawan yang datang bisa melihat langsung atau mencoba membuat jala menggunakan benang jala, yang disebut dengan menjurai. Di mana alat-alatnya juga cukup tradisional. Selain itu, Anda bisa melakukan susur sungai dan danau. Wisatawan akan diajak menjelajahi Sungai Pela menggunakan perahu wisata dan melihat keunikan rumah apung masyarakat sekitar sungai. Jika beruntung, wisatawan dapat melihat mamalia langka, pesut Mahakam.
Kemudian, Anda wajib untuk kulineran. Belum lengkap jalan-jalan tanpa mencoba kuliner lokal dari desa setempat. Salah satunya adalah iwak karing (ikan asin) yang berasal dari Sungai Pela, dan kerupuk ikan, iwak bapais, dan lainnya.
Editor: Vien Dimyati