Kampung Unik di Kulonprogo, Singgah ke Desa Terpencil di Tengah Hutan Ternyata Hanya Dihuni Satu Keluarga
JAKARTA, iNews.id - Kampung unik di Kulonprogo sangat menarik untuk dikunjungi. Terutama jika singgah ke salah satu desanya di Sidomulyo pasti akan membuat siapa saja penasaran berkunjung.
Ya, kampung unik ini bernama Desa Suci, memiliki suasana perdesaan yang sejuk dan masih asri. Namun, ada yang aneh dari desa ini yaitu hanya dihuni oleh satu keluarga saja.
Desa Suci terletak di Kecamatan Pengasih, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penasaran, ingin tahu seperti apa keunikan dari Desa Suci di Kulonprogo yang membuat penasaran? Berikut ulasannya dirangkum melalui Channel YouTube Tedhong Telu pada Jumat (7/7/2023).
Suasana Desa Suci terlihat indah, dikelilingi perbukitan dengan pepohonan hijau. Untuk menuju desa ini jalannya agak terjal, masih berbatu. Tidak bisa dilalui oleh kendaraan bermotor. Di desa ini terdapat kampung mati yang hanya dihuni oleh satu keluarga. Jika ingin memasuki desa, Anda harus melewati jembatan yang di bawahnya terdapat sungai.
Jika sudah sampai di Desa Suci, Anda akan menemukan satu rumah sederhana di tengah hutan. Di rumah ini tinggal satu keluarga dan memiliki anak yang masih sekolah kelas 3 SD. Anak tersebut bernama Dewi Septiani. Potret perjalanan dan penampakan rumah di kampung mati ini diabadikan oleh Channel YouTube Tedhong Telu, pemilik akun tersebut bersama tim kreator lain bersiap untuk mengeksplor tempat tinggal mereka.
"Siswi kelas 3 SD yang viral karena keluarga Septi ini masih tinggal di kampung mati Kulonprogo ini," kata pemilik akun.
Dalam video tersebut memperlihatkan, rute menuju rumah Septi membutuhkan tenaga ekstra. Harus naik turun bukit yang ditumbuhi semak belukar, pepohonan tinggi, jalan setapak di sampingnya jurang dan jalannya masih bebatuan. "Bayangkan, anak kelas 3 SD harus naik turun gunung seperti ini untuk pergi dan pulang sekolah," ujarnya.
Tak hanya itu saja, Septi setiap hari harus melewati area hutan yang dianggap angker. Meskipun demikian, bocah kelas 3 SD itu tidak mengurungkan niatnya untuk tetap bersekolah, walau medannya tidak mudah.
Sepanjang jalan tampak juga sisa bangunan yang menandakan, dulunya wilayah tersebut pernah dipadati rumah-rumah. Namun seiring berjalannya waktu mulai ditinggalkan dan hanya tersisa rumah Septi yang dihuni bersama kedua orangtuanya. "Dulunya di sini adalah kampung, ada beberapa rumah yang tinggal di sini. Cuma sekarang hanya keluarga Dek Septi yang bertahan di kampung ini," kata pemilik akun itu.
Setelah berjalan kaki berkilo-kilo meter, akhirnya sampai di rumah Septi yang hanya satu-satunya di kampung mati itu. Tampak tidak ada sesuatu yang aneh, bangunan rumahnya terbuat dari kayu. Terlihat juga kabel-kabel menjuntai sebagai tanda rumah satu-satunya di kampung mati ini masih teraliri oleh listrik. Meskipun aliran tersebut harus dipasang hingga 2 kilo meter lebih.
"Pak Sumirat (ayah Septi) membuat furnitur dari kayu," katanya.
Sekeliling rumah ini benar-benar hutan. Namun yang disayangkan, rumah Pak Sumirat ini belum memiliki kamar mandi atau sumur, sementara hanya menggunakan mata air di sekitarnya memakai selang untuk mengalirinya. Kemudian, saat berbincang dengan Septi dia mengatakan, tidak keberatan dengan semua yang dilaluinya. Dia menyebut merasa senang dan tidak ada beban tinggal di tengah-tengah hutan. Dia juga tidak keberatan jika setiap hari harus menelusuri jalan berkilo-kilo meter untuk pergi ke sekolah. "Senang, tidak ada beban," kata Septi.
Sementara itu, untuk bermain, Septi hanya sendiri saja. Dia memiliki sepeda yang biasa dimainkannya di pekarangan rumah, meskipun tidak memiliki tetangga yang jadi temannya.
Editor: Vien Dimyati