Kenalan dengan Desa Kasongan di Yogyakarta, Surganya Kerajinan Gerabah Paling Lengkap
Sejarah Desa Kasongan
Pembuatan seni kerajinan gerabah di Kasongan sudah terjadi sejak Perang Diponegoro (1825-1830). Saat itu penduduk banyak membuat barang-barang gerabah untuk keperluan sehari-hari, seperti kuali, pengaron, kendil, anglo, cowek, dan sebagainya.
Adapun perjalanan sejarah Desa Kasongan terbilang cukup panjang. Dahulu, ada seekor kuda milik reserse Belanda yang mati di atas persawahan milik seorang warga di desa, selatan Kota Yogyakarta. Pemilik tanah takut akan dijatuhi hukuman oleh Belanda yang waktu itu sedang menjajah, maka pemilik tanah tersebut melepaskan hak kepemilikan tanahnya yang diikuti oleh warga lain yang juga takut akan dijatuhi hukuman. Sejumlah tanah persawahan itu akhirnya diakui oleh warga desa lain.
Penduduk yang tidak memiliki tanah persawahan tadi akhirnya memulai kegiatan baru di sekitar rumahnya, yaitu mengolah tanah liat. Keunikan kerajinan ini adalah tidak pecah jika diempal-empalkan untuk perlengkapan dapur dan juga untuk mainan.
Daya Tarik Desa Kasongan
Desa Kasongan merupakan daerah permukiman para kundi atau buyung, artinya orang yang membuat sejenis buyung, gendi, kuali, dan lainnya yang tergolong peralatan dapur. Ada juga barang hiasan yang terbuat dari tembikar atau tanah liat.
Ketika berada di desa ini, Anda akan menjumpai deretan rumah-rumah galeri yang menawarkan barang-barang kerajinan dari gerabah serta dari bahan lainnya seperti guci, pot bunga, lampu hias, miniatur alat transportasi (becak, sepeda, mobil), aneka tas, patung, suvenir untuk pengantin, serta hiasan lain yang menarik untuk dipajang di rumah. Wisatawan wajib singgah ke desa ini untuk berburu suvenir menarik. Bisa dijadikan pajangan hingga oleh-oleh.