Keunikan Air Terjun Toroan Madura, Terlihat Indah saat Air Laut Pasang
Air Terjun Toroan dikeramatkan oleh warga sekitar. Berdasarkan legenda yang ada, pasangan suami istri yang tinggal di Dusun Langgher Daya bernama Siti Fatimah dan Sayyid Abdurrahman, atau lebih dikenal sebagai Birenggono sering kali bertengkar.
Awalnya, pasangan ini hidup bahagia dan rukun, sampai suatu hari sang suami curiga istrinya selingkuh. Begitu pula sebaliknya. Pasangan ini pun bersumpah di hadapan banyak orang. Sang istri bersumpah jika dia terbukti tidak bersalah, maka kuburannya tidak akan hanyut dibawa air sungai dan banjir. Lalu, sang suami, Birenggono bersumpah ketika ia meninggal, jika tidak bersalah maka kuburannya akan mudah digali walau hanya menggunakan sebatang ranting.
Suatu saat pasangan tersebut meninggal bersamaan dan dimakamkan oleh penduduk sesuai wasiat semasa hidup. Ternyata aliran sungai terbelah ketika melewati makam Siti Fatimah dan menjadi dua aliran menuju air laut. Kemudian air terjun tersebut dinamakan Air Terjun Toroan yang berasal dari kata Toron (Toron dalam bahasa Madura berarti turun). Makam Siti Fatimah kemudian oleh masyarakat dinamakan Asta Buju Penyppen.
Begitu pula dengan Birenggono, makamnya mudah digali dengan menggunakan ranting pohon jarak. Makam Birenggono ini kemudian dinamai Asta Kam Tenggi yang artinya makam di tempat yang tinggi. Makam Siti Fatimah berada di Desa Ketapang Daya, Kecamatan Ketapang, sedangkan makam Birenggono berada di Desa Ketapang Timur, Kecamatan Ketapang.
Di sini tidak disarankan berenang karena terdapat palung yang sangat dalam. Selain itu, tidak terdapat tempat bagi pengunjung untuk mengganti baju atau membilas tubuh. Tempat ini juga dipenuhi batu karang. Jika ingin merasakan kesegaran air terjun ini, Anda dapat mandi di kolam alami yang berada di bawahnya dan akan lebih aman jika menikmati keindahan Air Terjun Toroan dari tempat yang disediakan.