Mengenal 4 Tarian Tradisional yang Jadi Identik Jawa Tengah, Menarik Hati Dunia Internasional
JAWA TENGAH, iNews.id - Calon Presiden Ganjar Pranowo menggagas kolaborasi budaya Jawa dan Bali. Hal tersebut berhasil diraih Ganjar Pranowo dan mantan Gubernur Bali I Wayan Koster saat menjadi tuan rumah Temu Budaya Jawa-Bali untuk Indonesia Raya di Denpasar, Bali.
Ganjar Pranowo mengklaim karena Presiden Soekarno pernah menyatakan bahwa Indonesia harus mempunyai kekuatan untuk melestarikan budaya Indonesia sekaligus mengembangkannya, maka kolaborasi antara budaya Jawa dan Bali harus dilakukan.
Hal ini penting karena tanpa adanya pengembangan antar budaya, budaya Indonesia bisa hilang dan tergantikan oleh budaya negara lain.
Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster pun turut hadir dalam acara kolaborasi budaya Jawa-Bali tersebut ketika enam penari Gambyong menyuguhkan penampilan memukau sore harinya. Mereka menampilkan tarian tradisional Jawa asal Surakarta, hingga musik gamelan yang indah.
Usai penampilan, tiga penari Bali menyuguhkan penonton dengan penampilan tari Taruna Jaya yang tak kalah menawan, lengkap dengan iringan musik gamelan Bali yang penuh semangat.
Kemunculan kedua tarian ini merupakan representasi kolaborasi budaya antara Jawa dan Bali yang digagas oleh Ganjar Pranowo.
Selain itu, Ganjar dalam pidatonya di hadapan Megawati Soekarnoputri mengatakan, terdapat keterkaitan dan kesamaan tradisi, seni, dan budaya antara Jawa dan Bali.
Hal ini mencakup hal-hal seperti gamelan, kenduri, ruwatan, weton, wayang, sinden, dan gagasan kepemimpinan serta hal-hal lainnya.
Sebagai informasi, Tarian Gambyong berakar dari daerah Surakarta. Tarian ini dulunya hanya merupakan tarian rakyat yang dibawakan pada awal musim panen padi. Tarian gambyong kini ditampilkan sebagai penghormatan kepada pengunjung dan pada acara-acara suci.
Namun, Tarian Gambyong bukanlah satu-satunya tarian tradisional yang ada di Jawa Tengah. Apa saja tarian yang ada di Jawa Tengah?
Tarian tradisional Jawa Tengah dikenal dengan nama Tari Serimpi. Yang dimaksud dengan tari klasik ini adalah tari yang mengalami perkembangan keindahan yang sangat tinggi, berasal dari lingkungan keraton, dan sudah ada sejak zaman feodal.
Tarian yang sudah berkali-kali dipentaskan ini menampilkan gerakan-gerakan anggun yang jika dipadukan dengan suara musik gamelan menggambarkan kesopanan, kelembutan, dan kebaikan.
Tarian ini dulunya diperuntukkan bagi mereka yang dipilih oleh istana untuk tampil. Tari Serimpi yang berasal dari masa Hindu Jawa masa lampau ini dipuja sebagai peninggalan atau artefak yang mewakili keperkasaan para raja.
Keraton Surakarta merupakan tempat lahirnya Tari Bedhaya yang tak lekang oleh waktu ini. Tarian Bedhaya sangatlah sakral dan memiliki makna religius yang mendalam baik bagi penari maupun penontonnya, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Tarian Bedhaya disamakan dengan yoga atau meditasi karena makna religiusnya. Selain itu, tari tradisional Bedhaya mempunyai makna artistik dan simbolis.
Pakaian penarinya berupa atasan blus beludru yang dilekatkan sarung batik. Sementara itu, selendang emas digunakan sebagai hiasan tambahan.
Tari Bedhaya menceritakan kisah hubungan romantis antara Ratu Afrika Selatan dan Raja Mataram, yang ditunjukkan melalui gerak tangan dan bahasa tubuh. Musik gamelan dimainkan pada tarian ini.
Tarian Jaipong asal Jawa Barat ini sebanding dengan tari Tayub. Acara Tayuban yang sering juga disebut dengan Tari Tayub merupakan salah satu bentuk kesenian Jawa Tengah yang memadukan gerak harmonis dengan komponen estetika.
Tarian ini biasanya ditampilkan pada acara pernikahan, khitanan, dan acara-acara penting seperti hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Hingga acara bersih-bersih desa dan perayaan kemenangan pemilihan kepala desa.
Peserta kesenian ini antara lain pemain gamelan, penari khususnya perempuan, dan penyanyi sinden. Penari tayub dapat tampil secara individu atau kelompok, dan biasanya laki-laki yang merencanakan acaranya.
Istilah tari sintren mengacu pada gabungan dua suku kata “Si” dan “tren”. Dalam bahasa Jawa, “tren” berarti “tri” atau kependekan dari kata “putri”, dan “si” berarti “ia” atau “dia”.
Dengan demikian, “sang putri” tokoh utama dalam pertunjukan seni Sintren ini adalah makna dari Tari Sintren.
Tarian tradisional Jawa disebut Sintren. Di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah yakni sekitar Pekalongan kesenian ini sudah terkenal. Nama “Tarian Sintren” mengacu pada tarian yang mempunyai aroma mistis atau magis yang berasal dari kisah cinta Sulasih dan Sulandono.
Legenda atau cerita rakyat yang diterima suatu komunitas berfungsi sebagai dasar bagi seni bawah sadar.
Editor: Johnny Johan Sompotan