Mengenal Alang Penyimpan Padi Mirip Rumah Adat Toraja, Tempat yang Disambangi Ganjar Pranowo
Alang merupakan struktur bangunan dalam budaya Toraja yang dibangun di sekitar area rumah adat Tongkonan. Sebagian besar alang di Toraja diletakkan secara langsung berhadapan dengan tongkonan. Keyakinan masyarakat Toraja menyatakan alang dianggap sebagai pasangan atau pasutri dari tongkonan. Hal ini dipercaya masyarakat Toraja apabila tongkonan dianggap sebagai ibu, maka alang dianggap sebagai figur bapak.
Kehadiran alang memiliki relevansi yang tinggi dengan karakteristik masyarakat Toraja sebagai masyarakat agraris sejak zaman dahulu. Struktur alang terdiri dari atap, badan, dan kaki, mengikuti pola struktur yang sama dengan tongkonan.
Bangunan alang ditopang oleh enam tiang bulat yang disebut banga, meskipun ada beberapa yang hanya memiliki empat tiang, terutama alang yang berukuran kecil. Pada awalnya, dinding alang dibuat dari anyaman, kemudian berkembang menjadi dinding kayu papan dengan ukiran motif khusus, terutama pada alang yang dimiliki oleh bangsawan dan orang kaya yang terhormat di Toraja.
Bentuk atap alang mengikuti atap tongkonan, menjulang ke atas pada bagian depan dan belakang seperti tanduk kerbau. Alang yang dihiasi dengan ukiran disebut sebagai alang sura, yang merupakan pasangan dari tongkonan sura dan menjadi simbol status sosial.
Fungsi alang meliputi tempat penyimpanan padi, tempat untuk menampung tamu jika tongkonan tidak mencukupi. Selain itu Alang dijadikan tempat untuk melangsungkan musyawarah keluarga dan masyarakat dan sebagai tempat menginap beberapa keluarga selama upacara adat serta sebagai simbol status keluarga.
Sayangnya, tidak ada catatan yang jelas mengenai kapan alang menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Toraja dan budaya apa yang memengaruhinya.
Editor: Vien Dimyati