Mengenal Desa Bengkala Bali, Warganya Bisu dan Tuli karena Mitos Kutukan
1. Dikenal sebagai Desa Kolok
Desa Bengkala merupakan desa istimewa karena memiliki komunitas tuna rungu wicara (tuli dan bisu) cukup besar. Sekitar 2% dari jumlah keseluruhan penduduk Desa Bengkala, lahir dalam keadaan kolok atau tuli dan bisu dalam Bahasa Bali.
Desa Bengkala ini sering disebut juga sebagai Desa Kolok. Desa Bengkala memiliki sekolah luar biasa khusus mengajarkan Bahasa isyarat yang digunakan di Desa Bengkala.
2. Punya tarian khas yang dilakukan oleh tunarungu dan tunawicara
Desa Bengkala juga memiliki Tari Janger Kolok, yakni tarian yang semua penarinya adalah orang kolok alias bisu dan tuli. Bagi siapapun yang ingin belajar tarian ini dipersilahkan tanpa mengenal batasan usia.
3. Para warga percaya kolok adalah kutukan
Meski di desa itu kerap dijadikan objek penelitian, sejauh ini warga masih tetap memercayai, kekolokan yang terjadi disebabkan oleh kutukan.
Selama orang kolok masih ada di Desa Bengkala, warga percaya, kutukan itu belum hilang. Meski demikian, hal tersebut menjadi kelebihan bagi desa tersebut, warga kolok di Desa Bengkala mendapat perlakuan istimewa.
Mereka tidak dikucilkan, justru posisinya tetap sejajar dengan warga dengan fisik normal lainnya. Warga penyandang disabilitas diberikan kebebasan untuk tidak ikut gotong-royong hingga kewajiban memberikan iuran untuk mendukung upacara keagamaan.