Mengenal Eksotisme Dusun Cepit yang Tersembunyi di Lereng Gunung Sumbing
Ritual di Dusun Cepit ini cukup menarik bagi wisatawan, karena ada keunikan di dalamnya, antara lain, dalam membawa makanan warga menggunakan tenong. Kegiatan ini sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Pagergunung kepada Tuhan YME.
Plabengan sendiri merupakan petilasan yang konon dulunya tempat berkumpul Ki Ageng Makukuhan, seorang tokoh penyebar agama Islam, bersama para muridnya.
Untuk memperingati dan meneruskan tradisi ini, penduduk Desa Pagergunung melakukan tradisi unik Nyadran. Prosesi mengunjungi Punden Plabengan dan makam leluhur.
Prosesi Rejeban Plabengan diawali dengan ritual doa malam Jumat di Punden Plabengan yang melibatkan para lelaki warga desa. Mereka akan membawa ratusan obor di sepanjang jalan menunju punden. Acara ini dipimpin oleh sesepuh atau pemangku adat desa yang memakai pakaian adat Jawa berupa beskap dan blangkon.
Paginya, seluruh warga harus berjalan sejauh hampir dua kilometer dari Dusun Cepit menuju puncak Gunung Sumbing. Mereka membawa bekal makanan berupa dua sisir pisang atau lebih, ketan dan jenang, ingkung ayam, serta aneka lauk pauk. Bekal ini dibawa dalam dua tenong yaitu wadah makanan berbentuk bundar yang terbuat dari anyaman bambu.