Mengenal Kampung Kerbau, Wisata Unik Mirip Afrika ala Ngawi
Kebiasaan warga Desa Bulakpepe memelihara kerbau telah ada sejak era penjajahan, sehingga sudah menjadi tradisi turun-temurun. Saat daerah-daerah di Jawa mulai familiar memelihara sapi, kebiasaan di Bulakpepe memelihara kerbau tak pernah luntur.
Dulu, memelihara kerbau jadi salah satu sarana pendukung pertanian, karena kerbau dapat dipakai untuk membajak dan mengangkut barang berat. Seiring kemajuan teknologi, warga Bulakpepe kini menjadikan kerbau sebagai peliharaannya untuk investasi ekonomi.
Para pemilik kerbau sudah terbiasa melakukan sistem titip. Mereka membayar orang lain dengan sistem upah sekitar Rp50.000 per ekor tiap bulannya. Sementara para pemilik memilih tinggal di kampung sebelah, tak jauh dari lokasi.
Ratusan kerbau itu biasanya digembalakan oleh dua sampai tiga orang. Penggembalaan kerbau dilakukan secara komunal dengan memilih lahan luas yang tidak ada tanaman produktifnya. Maklum, di desa ini, tanaman jati juga banyak dibudidayakan warga setempat.
Bagi warga Dusun Bulakpepe, kerbau adalah harta yang paling berharga. Mereka menyebutnya rojo koyo (raja kaya) yang mendatangkan banyak rezeki bagi kita. Masyarakat Dusun Bulakpepe lebih memilih menyimpan uangnya dalam bentuk peliharaan kerbau daripada menyimpannya di bank. Bagaimana, tertarik mengunjungi Kampung Kerbau di Ngawi?
Editor: Vien Dimyati