Mengintip Restorasi Terumbu Karang Terbesar di Dunia, Tersembunyi di Pulau Bontosua
Menurutnya, terumbu karang layaknya hutan hujan tropis di laut dan tempat tinggal bagi seperempat biota laut. Tapi keberadaannya terancam oleh eksploitasi berlebih, praktik penangkapan ikan yang destruktif, polusi, dan perubahaan iklim.
Guna mencegah ancaman global ini, Hope Reef diperkenalkan sebagai awal dari upaya restorasi yang lebih besar lagi dan untuk memulai gerakan restorasi terumbu karang dalam skala besar yang relevan secara ekologis.
Dengan bantuan pemerintah, universitas, bisnis dan LSM, program Hope Reef dimulai oleh Mars, Incorporated pada 2019. Program ini menggunakan struktur Reef Star buatan tangan yang kemudian dirangkai di bawah air dan membentuk bagian inti dari Mars Assisted Reef Restoration System (MARRS).
Pembuatan Reef Star dilakukan oleh masyarakat setempat menggunakan bahan lokal. Hingga tahun 2029, Sheba bersama Mars, Incorporated berambisi untuk merestorasi beberapa gugusan terumbu karang di dunia yang luas totalnya mencapai 185.000 meter persegi atau lebih dari 1,5x luas dari Lapangan Karebosi di Makasar.
"Sebagai ekosistem laut yang paling beragam, terumbu karang adalah inti dari upaya kami. Kami ingin pula menyampaikan, sejak program Hope Reef dimulai, pertumbuhan karang di sekitar Pulau Bontosua telah berangsur membaik dari 5% menjadi 55%. Populasi ikan di sekitarnya pun meningkat hingga 300%. Spesies lain, seperti hiu dan penyu, telah banyak yang kembali," kata Susan Wan.
Dia menambahkan, semua bisa membuat perubahan berarti dengan menonton ‘The Film That Grows Coral’ di Youtube. Hasil yang didapatkan dari setiap view video akan digunakan untuk mendanai program restorasi terumbu karang melalui The Nature Conservancy.
Bertepatan dengan Hari Laut Sedunia, Sheba juga meluncurkan aplikasi berbasis iOS - Sheba Hope Grows dengan teknologi 3D. Siapapun dapat menikmati Hope Reef di mana saja!
"Mari unduh aplikasinya agar Anda dapat secara virtual ikut merestorasi terumbu karang dengan memasang Reef Star dan saksikanlah bagaimana gugusan karang yang telah gersang berubah menjadi lingkungan bawah laut yang beragam dan berkembang,” kata Susan Wan.
Jeffrey Haribowo, Corporate Affairs Director Cocoa, Mars Wrigley Indonesia menyatakan, program Hope Reef ini hanyalah satu dari sejumlah upaya keberlanjutan Mars di Indonesia.
"Kami memiliki komitmen jangka panjang dalam meningkatkan keberlanjutan dalam dua area penting di Indonesia. Yang pertama adalah pengadaan kakao yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, termasuk kegiatan transfer teknologi ke lebih dari 50.000 keluarga petani kakao," kata dia.
Selanjutnya, Jeffrey juga fokus pada restorasi terumbu karang dan rehabilitasi laut. Dia telah beroperasi selama 25 tahun di Indonesia dan berkolaborasi erat dengan komunitas lokal dan memiliki fokus pada tiga hal utama, Planet yang Sehat, Manusia yang Berkembang dan Kesejahteraan Gizi.
Menurutnya, Hope Reef membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar daerah restorasi. Salah satunya adalah pendanaan bagi kegiatan penunjang guna memberikan mata pencaharian ‘berbasis terumbu karang’ yang berkelanjutan, mendukung kohesi komunitas dan meningkatkan tingkat pemahaman serta partisipasi dalam restorasi terumbu itu sendiri.
Marine Program Manager, Mars Sustainable Solutions, Saipul Rapi mengatakan, fokus kegiatan penunjang ini adalah untuk menyediakan mata pencaharian yang berkelanjutan, mendorong perubahan perilaku masyarakat setempat dan meningkatkan kesadaran.
"Termasuk merenovasi beberapa area umum, mendukung kegiatan sekolah yang bertujuan untuk mengenal pentingnya terumbu karang, dan mendukung wanita
setempat untuk memulai usaha serta memfasilitasi penjualan produknya di Makasar," katanya.
Editor: Vien Dimyati