Menikmati Berbagai Produk Olahan Ikan Patin di Desa Wisata Koto Mesjid
JAKARTA, iNews.id - Mencicipi berbagai olahan ikan patin, berperahu kayu kecil —orang lokal menyebutnya ketinting— menyusuri sungai dengan pemandangan perbukitan di kanan kirinya yang membentang hijau sepanjang perjalanan, tentu sangatlah menyegarkan buat kamu yang saban hari berada di antara gedung-gedung bertingkat kota besar.
Pemandangan itu bisa kamu lakukan dengan wisata #MenyapaDesa ke #DesaWisata Kampung Patin di Koto Mesjid, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Kabupaten Kampar memiliki sejumlah destinasi wisata menarik untuk dijelajahi. Kita mulai dari Ulu Kasok. Di sini ada danau yang menghampar dengan gugusan pulau-pulau kecil bertebaran dengan hawa udara yang bersih dan segar yang mengingatkan kita pada Raja Ampat, Papua.
Jangan heran, Ulu Kasok menjadi destinasi plesiran favorit di Kampar. Pokoknya kamu belum ke Kampar kalau tidak menginjakkan kaki di Ulu Kasok.
Kawasan Ulu Kasok sebelum berubah menjadi danau, dulunya adalah sebuah perkampungan. Danau terbentuk pada 1990-an dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang. Danau dibuat untuk digunakan airnya menggerakkan turbin. Desa Ulu Kasok ditenggelamkan, dan penduduknya dievakuasi ke lokasi lain.

Dari puncak gugusan pulau di Ulu Kasok kita akan melihat danau PLTA Koto Panjang. Kita berperahu kayu atau ketinting menyusuri sungai Gulamo menuju danau PLTA Koto Panjang. Sungai Gulamo berada di Kecamatan 13 Koto, Kampar.
Meski airnya tidak terlalu jernih, namun sungai Gulamo seru buat bertualang menggunakan perahu dayung. Sungai ini di beberapa lokasi akan melewati tebing-tebing curam dengan pepohonan yang sulur-sulurnya menjangkau permukaan sungai memberikan atmosfer yang memukau.
Dari Kota Pekanbaru ke Koto Panjang dapat ditempuh selama 2,5 jam jalur darat. Puas dengan sungai, danau, dan gugusan bukit, kita bisa menyimak tetabuhan bertalu-talu Gondang Oguong. Ini adalah salah satu kesenian yang terdapat hampir di seluruh wilayah Kabupaten Kampar.
Anak-anak muda dan orang-orangtua memainkan sebuah ansambel musik campuran, terdiri dari beberapa instrumen musik perkusi ritmis yang menghasilkan bebunyian eksotik. Gondang Oguong biasa dipakai dalam ritual adat dan penyambutan tamu.
Selanjutnya kita masuk ke Desa Koto Mesjid. Dalam daftar Indonesia Bangkit, terdapat 1.831 desa di seluruh Indonesia. Koto Mesjid merupakan satu-satunya desa terbaik dari Riau.
Di Desa Koto Mesjid, kita akan menemukan Kampung Patin. Ini yang menarik bagi pecinta kuliner unik. Pasalnya, di Kampung Patin tersedia berbagai olahan makanan dari ikan patin.
Kuliner Aneka Olahan Ikan Patin
Beberapa jenis olahan makanan dari ikan seperti kerupuk, bakso, selai, hingga abon itu biasa. Tetapi es dawet berbahan ikan, rasanya hanya ada di Kampung Patin, Desa Wisata Koto Mesjid. Waw, kamu harus mencobanya!
Penduduk Kampung Patin mayoritas memang bermata pencaharian budi daya ikan patin. Tak ada rumah tanpa kolam di pekarangannya di Kampung Patin.
Jangan heran, di desa ini banyak sentra-sentra produksi olahan ikan patin. Budidaya ikan patin telah mengantar Desa Wisata Koto Mesjid menjadi bagian dalam daftar Indonesia Bangkit. Ikan patin kita tahu mengandung banyak protein yang baik untuk kecerdasan anak.
Berwisata di Kampung Patin tidak hanya dapat mencicipi aneka makanan olahan dari ikan patin, tetapi juga bisa melihat langsung cara mengolahnya, bahkan turut terlibat bersama warga lokal membuat es dawet ikan patin atau membuat lemang bakar ikan patin yang menggoda selera.
Untuk membuat es dawet ikan patin, ternyata caranya tidak terlalu sulit. Setelah beras ditumbuk hingga jadi tepung, lalu diayak. Campurkan air rebusan daun pandan sebelum ditambahkan daging ikan patin yang telah dikukus. Lalu dicetak jadi bulatan dawet. Ingat ya, dikukus!
“Jangan direbus ikannya, nanti dagingnya hancur!” kata Nelwan Putri dari Bengkel Seni dan Kerajinan Tengkuluk. Melengkapi sajian es dawet ikan patin, tuangkan gula aren dan santan. Wuih segaar...
Dulu sebelum menjadi Kampung Patin, penduduk desa Koto Mesjid berpenghasilan dari perkebunan karet. Mereka menakik getah karet untuk mereka kumpulkan dan jual.
Suhaimi, sang pelopor budi daya ikan patin, mengubah desa ini lebih makmur berkat inisiatifnya membuat dan mengajari penduduk desa Koto Mesjid budidaya ikan patin. Saat ini produksi ikan patin di Kampung Patin bisa mencapai 15 ton per hari.
“Untuk menghasilkan ikan patin berkualitas, budidaya ikan patin harus memenuhi kaidah-kaidah budidaya, mulai dari benih, persiapan kolam, perawatan, hingga makanannya,” kata Suhaimi.
Menurutnya, kalau memenuhi kaidah budidaya dengan baik, ikan patin di desa ini dapat menghasilkan ikan patin berkualitas tinggi dengan nilai gizi yang baik pula tentunya. Seekor ikan beratnya mencapai 5 hingga 8 kilogram.
Selain beragam jenis makanan dan minuman, larva ikan patin juga banyak diminati untuk bibit. Setelah disapa pandemi yang membuat industri wisata pingsan selama hampir dua tahun, kini Kampung Patin kembali menggeliat.
“Kami punya target one house one entrepreneur, satu rumah satu pengusaha ikan patin,” ujarnya.
Jangan khawatir soal penginapan, karena di Desa Wisata Koto Mesjid banyak masyarakat yang menyediakan homestay yang nyaman untuk beristirahat setelah kamu bertualang. Pelayanan yang ramah ala warga desa yang hangat dan bersahaja. Tarifnya pun sangat murah, kamu tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam, ya hanya Rp200 ribu hingga Rp300 ribu saja per malam.
Kebersihan di Desa Wisata satu ini sangat menyenangkan, tak akan kamu lihat serakan apalagi tumpukan sampah di sini. Pasalnya, di desa ini kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah telah tumbuh sejak 2015.

Mereka memiliki bank sampah untuk mengumpulkan dan mengolah sampah menjadi kompos dan barang-barang berharga. Plastik-plastik bekas kemasan makanan dan kebutuhan lain antara lain mereka sulap menjadi baju dan barang-barang kerajinan.
Sebagai buah tangan untuk orang rumah, selain produk olahan ikan patin, kamu bisa membeli kreasi seni rajut sulam. Produk andalan mulai dari tas hingga sepatu unik, harganya pun hanya berkisar antara Rp100 ribu hingga Rp300 ribu saja. Ada pula berbagai kerajinan dari bambu.
Oh iya, setelah berenang dan merasa haus kamu dapat menikmati kelapa jeli yang sangat menyehatkan karena dari kelapa segar yang langsung dipetik dari pohon. Ya, untuk mengisi liburan, kamu bisa di #IndonesiaAja.
Desa Wisata Koto Mesjid hanya satu dari ribuan desa wisata yang menyajikan #WonderfulIndonesia lainnya yang menanti untuk dikunjungi. Gimana? Segera rencanakan liburan dengan kunjungi www.indonesia.travel untuk menemukan pesona alam di berbagai daerah di Indonesia.
Editor: Anindita Trinoviana