Sandiaga Uno Ungkap Alasan Penumpang Pesawat Harus PCR meski Sudah Vaksinasi
JAKARTA, iNews.id - Perjalanan internasional di Bali dan Batam sudah dibuka. Pembukaan tersebut seiring dengan menurunnya kasus harian Covid-19.
Begitu juga dengan tempat wisata, serta Transjakarta yang baru-baru ini menghilangkan tanda X yang terdapat di kursinya.
Hal ini juga merupakan pengaruh dari sebagian besar masyarakat yang sudah menerima vaksinasi dua dosis. Namun, sebagian dari mereka mengeluhkan karena masih dibutuhkan tes PCR sebagai syarat untuk perjalanan naik pesawat.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, adapun alasan masyarakat wajib melakukan tes PCR walaupun sudah mendapatkan dosis vaksinasi lengkap adalah karena alasan kesehatan.
Karena saat ini, kapasitas penerbangan sudah tidak lagi 50 atau 70 persen, melainkan sudah normal alias 100 persen. Dengan demikian, hal ini dilakukan untuk memastikan semua penumpang yang akan menaiki pesawat dalam keadaan negatif dari virus corona.
"Syarat penerbangan ini sudah tidak lagi 70 persen atau dikurangi dari segi jumlah kapasitasnya, maka diambil keputusan yang bepergian itu tidak mengidap corona. Maka PCR harus dilakukan," ujar Sandiaga dalam Weekly Press Briefing, belum lama ini.
Akan tetapi, tentunya ada penyesuaian peraturan jika PCR tetap menjadi syarat utama seseorang yang hendak menaiki transportasi udara tersebut. Seperti ditambahnya masa berlaku menjadi 3x24 jam, atau harga pasaran maksimal Rp300.000.
"PCR merupakan bagian dari penerapan prokes ketat. Adapun syarat barunya menjadi 3x24 jam, dan presiden juga meminta untuk menurunkan harga PCR di bawah Rp300.000, atau maksimal Rp300.000," ujar Sandiaga.
Sementara itu, penerapan PCR yang masih berlaku sebagai syarat utama untuk naik pesawat adalah karena berkaitan dengan varian baru Delta Plus dan Sub Delta yang sedang marak di beberapa negara.
"Berkaitan dengan varian baru Delta Plus dan Sub Delta yang terjadi di beberapa negara, seperti Inggris, maka PCR menjadi salah satu alasan berbasis kesehatan," katanya.
Editor: Vien Dimyati