Singgah ke Desa Ini Bisa Temukan Harta Karun Kuno Kerajaan Airlangga, Ini Penampakannya
Dalam penelusurannya, Kuno Brono didampingi Kepala Kades Puncak Wangi, Bagus. Menurut Bagus, prasasti ini belum memiliki nama. Karena ditemukan di desa tersebut, maka diberikan nama menjadi prasasti Puncak Wangi. Meski belum terdata oleh arkeolog, prasasti ini sudah masuk ke dalam literatur peninggalan prasejarah.
“Dinamakan prasasti Puncak Wangi, karena sampai sekarang masih belum diketahui nama prasasti tersebut," ujar Bagus, selaku Kepala Desa.

Berdasarkan keterangan dari Bagus, prasasti Puncak Wangi ini disebut catur mukha sebab di setiap sudutnya terdapat tulisan melingkar. Hingga saat ini, tulisan tersebut belum terbaca.
"Arkeolog dari Kedutaan Prancis dan beberapa negara lain pernah datang ke sini dan menyatakan itu huruf Sansekerta," kata Bagus.
Dia menjelaskan, tadinya prasasti ini memiliki ketinggian asli 150 cm. Namun, semenjak 2003 hanya memiliki ketinggian setengahnya saja. Ini sangat disayangkan karena ini prasasti langka catur mukha, biasanya, prasasti yang ditemukan berupa Dwi mukha atau tunggal mukha. Hanya satu sisi yang ditemukan tulisannya.
Saat melanjutkan perjalanan, Kuno Brono menyarankan masyarakat untuk berhati-hati. Sebab, kawasan ini memiliki banyak beling. Terlihat juga batuan kerang laut, hingga gerabah kuno.
"Posisi prasastinya miring dan hilang separuh. Jadi ini peninggalan Raja Airlangga. Ketebalannya satu jengkal dan sekarang tingginya tinggal sekitar 1 meter," kata Kuno Brono.
"Batu prasasti ini tinggal setengah karena dicolong maling. Mungkin dipercaya bisa bikin kaya raya, makanya dicolong," ujarnya.
Bagaimana, penasaran menelusuri prasasti kuno langka di Desa Puncak Wangi?
Editor: Vien Dimyati