Suku Mante, Manusia Kerdil Misterius di Pedalaman Aceh
Tempat Tinggal Suku Mante
Suku Mante diyakini ada di pedalaman Aceh. Beberapa waktu silam, suku ini sempat membuat heboh jagat internet karena tertangkap kamera seorang pengendara motor trail yang tengah menelusuri pedalaman Aceh.
Suku Mante atau juga dieja Mantir diperkirakan termasuk dalam rumpun bangsa Melayu Proto, yaitu satu etnik terawal yang disebut-sebut dalam legenda rakyat yang pernah mendiami Aceh. Dalam legenda Aceh, suku Mante dan suku Karo adalah cikal bakal dari Kawom Lhee Reutoih (suku tiga ratus), salah satu kelompok penduduk asli Aceh.
Hingga kini belum didapatkan bukti ilmiah yang valid tentang keberadaan suku Mante. Sejak viralnya video tersebut, Gubernur Aceh pada masa menjabatnya, Zaini Abdullah telah membentuk tim untuk meneliti keberadaan Suku Mante. Sejauh ini kebenaran orang bertubuh kerdil itu hanya didapat dari cerita-cerita orang tua.
Asal Usul Suku Mante
Dalam buku "Ensiklopedia Aceh: Adat, Bahasa, Geografi, Kesenian, Sejarah", disebutkan asal usul bangsa Aceh adalah suku Mantir (Manteu, bahasa Aceh) yang hidup di hutan rimba Aceh. Suku ini memiliki postur tubuh kecil bisa dibandingkan orang Aceh saat ini.
Sedangkan Dalam buku Aceh: "Rakyat dan Adat Istiadatnya, Volume II", yang ditulis Christiaan Snouck Hurgronje (1857-1936), penasihat pemerintah Hindia Belanda untuk masalah Islam mencatat “menurut kabar, orang Mante ini tanpa busana dan tubuh mereka berambut tebal". Mereka dikatakan mendiami pegunungan di Mukim XXII, akan tetapi, semua informasi ini hanya berasal dari cerita.
Menurut Snouck sebagai suku primitif yang tinggal di dalam hutan, orang Mante pernah dijadikan label untuk merendahkan orang lain. Snouck, dalam tulisan tentang Aceh dan dalam percakapan sehari-hari, orang yang tolol dan serba canggung disamakan dengan orang Mante.
Bahkan menurut Snouck, Mante (orang hutan) juga disebut sebagai "sekelompok orang yang sering diceritakan sebagai makhluk jahat dalam dongengan Aceh". Meskipun demikian, dalam masyarakat Aceh pernah terdapat penggolongan rakyat ke dalam soeke (suku) atau kawon (kaum) berdasarkan keturunan dari nenek moyang pihak laki-laki dan adat istiadatnya.
Pada masa itu, ada empat kawon antara lain Kawon Ja Sandang yaitu orang Hindu yang bekerja untuk majikan masing-masing; Kawon Imeum peut (kaum imam empat) yaitu orang Hindu yang telah memeluk agama Islam, dan Kawon Tok Batu terdiri dari orang-orang asing, seperti Arab, Parsi, Turki, Keling, dan Tionghoa. Sedangkan orang Mante dan Batak masuk dalam Kawon Lherentoih (suku tiga ratus).