Terungkap, SDM Teknologi Digital Paling Banyak Dicari di Industri Kreatif
JAKARTA, iNews.id - Masa transformasi digital menjadi momen agar masyarakat dapat berkembang meningkatkan kemampuan. Sebab, dalam industri kreatif, banyak pelaku usaha mencari talenta yang memiliki kemampuan teknologi digital.
Dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia (SDM) agar dapat bersaing di kancah internasional, Monash University, Indonesia bersama dengan Traveloka, melalui Traveloka Academy, menyelenggarakan program pengembangan kapasitas digital Mitra 5.0 pada 8 Juli 2022.
Ada lebih 60 akademisi dari berbagai universitas di Indonesia, seperti Universitas Indonesia, IPB University, Universitas Diponegoro, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Universitas Bina Nusantara, dan lainnya.
Selama program, para akademisi mempelajari proses pengembangan produk dari perspektif ilmu data, teknik, desain produk digital, dan manajemen produk.
Prof. Nizam selaku Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengatakan, program Mitra 5.0 dikembangkan berdasarkan kebutuhan talenta digital di Indonesia, di mana di level nasional, tercatat setidaknya 50 persen dari tenaga kerja baru memiliki keterampilan digital tingkat dasar dan menengah. Sedangkan mereka dengan keterampilan digital tingkat lanjutan merepresentasikan kurang dari 1 persen dari angkatan kerja kita.
"Semoga program ini dapat meningkatkan kapasitas para dosen dan perguruan tinggi di dalam mengembangkan perkuliahan dengan memanfaatkan berbagai pengalaman industri," ujar Prof. Nizam melalui keterangannya belum lama ini.
Professor Andrew MacIntyre, President, Monash University, Indonesia mengatakan, dia berharap program ini dapat meningkatkan kapasitas akademisi yang berada di seluruh Indonesia.
"Dapat menginspirasi dan membekali para akademisi dalam menghasilkan talenta digital yang unggul dan berkompetensi untuk memenuhi kebutuhan industri terutama industri teknologi untuk kemajuan Indonesia," ujar Professor Andrew MacIntyre.