Viral Kisah 14 Mahasiswa KKN di Desa Terpencil Berakhir Sedih, Pulang Sisa 13 Orang
Tidak berlangsung lama, teman mereka yang sakit pun sudah menunjukkan keadaan membaik sehingga kegiatan dilanjutkan dengan rapat acara satu Muharram.
Kemudian, mereka berkunjung ke Sekolah Dasar (SD) untuk melakukan Program Kerja (Proker). Sekelompok KKN tersebut tampak berkunjung ke pondok pesantren dan mengadakan lomba satu Muharram.
Namun, setelah kegiatan tersebut, lagi-lagi mereka harus kekurangan anggota untuk menjadi petugas upacara, lantaran salah satu anggota dari mereka kembali jatuh sakit.
“Akhirnya kami harus terbiasa proker tanpa teman kami terlebih dahulu, dengan harapan dia bisa sembuh dan kembali beraktivitas,” kata salah satu mahasiswa.
Seiring berjalannya waktu, teman mereka yang sakit terlihat sudah membaik, dan mengatakan ingin sekali mengajar anak SD di daerah tersebut. Tanpa disadari dirinya mengajar untuk pertama dan terakhir.
Teman-temannya pun menyetujui permintaannya, dengan saling berjalan bersama, sekelompok mahasiswa tersebut terlihat sangat senang dan sehat kembali.
Hal itu pun dirayakan dengan melaksanakan bakar-bakar sekaligus makan bersama di suatu posko tempat mereka KKN, hingga akhirnya kondisi semakin memburuk saat proker acara 17 Agustus hanya bisa dilaksanakan oleh 4 orang saja (laki-laki).
“Kondisi teman kami memburuk dan akhirnya cowo yang bisa ikut proker acara 17-an Cuma ber-4. Dan teman kami KKN-nya dianggap selesai. Karena harus mendapatkan pengobatan dan perawatan yang intensif,” tutur salah satu mahasiswa.
Tepat pada 20 Agustus malam harinya, mereka semua harus mendapat kabar menyedihkan serta menggores hati, teman mereka harus meninggal dunia.
Perasaan sedih, dan tangis seketika pecah begitu saja, ketika mereka mengetahui salah satu anggota dari mereka mendahuluinya ketika di perjalanan pulang.
Kini, Asnawi dapat beristirahat dengan tenang, tanpa harus merasakan rasa sakit yang sebelumnya selalu dia rasakan ketika menjalani KKN.
Editor: Vien Dimyati