Wisata ke Yogya, Bertemu Perempuan Jawa Ayu di Museum Ullen Sentalu
Ruang Putri Dambaan adalah ruangan kelima yang paling menarik. Dinamakan demikian karena berisi foto-foto dan lukisan-lukisan Gusti Raden Ayu Siti Noeroel Koesoemawardhani, putri tunggal Mangkunegoro VII dan Gusti Kanjeng Ratu Timoer yang terkenal cantik. Ruangan ini diresmikan sendiri Gusti Noeroel pada 2002, tepat saat ulang tahunnya ke-81.
Saking ayunya, Gusti Noeroel sampai dilamar Presiden Soekarno, Perdana Menteri Sutan Sjahrir, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, serta Kolonel GPH Djatikusumo. Namun, semua lamaran itu ditampiknya lantaran menolak poligami. Dia menyaksikan sendiri penderitaan batin ibunya yang dipoligami ayahnya. Gusti Noeroel akhirnya menikah dengan Letkol Raden Mas Soejarsoejarso Soerjosoerarso, atase militer Indonesia pertama di Amerika Serikat.
Sambil menunjuk sebuah foto, Ayu berkisah kepada rombongan pengunjung Museum Ullen Sentalu, “Ini foto Gusti Noeroel menari Sari Tunggal untuk kado perkawinan Putri Juliana dan Pangeran Bernhard di Belanda pada 6 Januari 1937.” Waktu itu usia Gusti Noeroel baru 16 tahun. Selain cantik, Gusti Noeroel didamba banyak lelaki lantaran kepiawaian tradisionalnya menari dan membatik, walau dia seorang perempuan modern yang pandai berkuda, serta bermain tenis.
Setelah menyusuri lima ruangan Kampung Kambang, masih ada lagi Koridor Retja Landa yang memamerkan koleksi arca-arca Hindu maupun Buddha. Sedangkan Sasana Sekar Bawana mengoleksi lukisan raja-raja Mataram di antaranya ada yang beristri 20 dengan 19 anak, lukisan tarian sakral Bedhaya Ketawang, serta lukisan dan patung tata rias pengantin Yogyakarta. Di sini pula kami disuguhi segelas minuman Ratu Mas yang terbuat dari ramuan jahe, secang, dan lain-lain.
“Selain berkhasiat untuk kesehatan, minuman buatan permaisuri Pakubuwono X ini juga bikin awet muda,” ujar Ayu sambil tersenyum.
Sesudah keluar bangunan Museum Ullen Sentalu, pengunjung boleh memotret di bagian luar. Sebuah replika relief Borobudur dipasang miring.
“Ini untuk menggambarkan keadaan masyarakat sekarang yang telah melupakan warisan budayanya,” kata Ayu sebelum pamit kepada pengunjung. Kami pun menghela napas panjang seraya menghirup hawa segar pegunungan. Arca-arca dan kolam ikan di taman museum seperti saksi bisu zaman yang berubah.
Editor: Tuty Ocktaviany