Wishnutama: Gelombang Kedua Disrupsi Digital Ancam Kedaulatan, Indonesia Harus Siap-Siap
"Kondisi Indonesia sulit tertandingi, dengan wilayah berupa belasan ribu kepulauan yang tersebar seluas daratan Eropa tentu menghadirkan tantangan tersendiri, terutama dalam hal infrastruktur dan logistik," kata Wishnutama.
"Posisinya sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia, yang didominasi usia muda, dengan ratusan ragam etnik dan bahasa, namun memiliki akses terhadap teknologi digital dan media sosial terkini, menghadirkan dimensi peluang dan tantangan yang juga berbeda. Inilah yang harus kita tangkap dan benar-benar manfaatkan demi mewujudkan ekonomi masa depan Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan”.
Dia menambahkan, terutama di masa pandemi Covid-19, Indonesia sedang mengalami permasalahan besar, bukan hanya di bidang bisnis dan pemerintahan saja tetapi semua sektor pun ikut terkena dampak akibat pandemi ini.
Besar harapan Wishnutama supaya anak muda penerus bangsa dapat mengerti dan sadar akan masalah yang sedang terjadi di sekitar, yaitu dalam upaya mencari kesempatan baru dengan mengeluarkan ide-ide yang lebih inovatif dalam mengembangkan ekonomi digital.
Pemerintah juga harus segera melakukan beberapa cara, salah satunya adalah membuat regulasi baru, di mana regulasi baru ini lebih difokuskan untuk peningkatan ekonomi Indonesia, dengan harapan negara bisa mendapatkan peluang keuntungan di setiap bisnis yang ada.
Dalam sesi Rainmaking Indonesia ini, selain Wishnutama, hadir pula Dr. Dwinita Larasati, Deputi Kemitraan Strategis ICCN, yang memaparkan mengenai Indeks Kota Kreatif Indonesia serta Rekomendasi Kebijakan “Inclusive Creative Economy and The Future of Work”, serta Harry A. Mawardi, Direktur Komite Ekonomi Kreatif & Inovasi (KREASI) Jawa Barat, yang memaparkan program dan rencana-rencana KREASI dalam memanfaatkan strategi ekonomi kreatif dalam mengembangkan Provinsi Jawa Barat dan Indonesia.
Editor: Vien Dimyati