Kenapa Makanan Jawa Manis-manis? Ternyata Ada Hubungannya dengan Hal Ini
JAKARTA, iNews.id - Kenapa makanan Jawa manis-manis? Pertanyaan tersebut sering terbesit dalam pikiran orang Indonesia dari suku lain saat mencicipi hidangan asal Jawa.
Dominasi rasa manis itu semakin kuat saat menikmati makanan asal Yogyakarta. Beberapa contoh makanan tersebut adalah gudeg, selat solo, dan masih banyak lagi.
Sementara di wilayah lain di Indonesia, rasa manis tidak begitu mendominasi layaknya makanan Jawa. Beberapa hidangan khas daerah lain justru memiliki cita rasa yang gurih atau asin.
Berangkat dari perbedaan itulah, banyak yang mempertanyakan alasan di balik rasa manis dalam makanan Jawa. Adapun penyebabnya adalah sebagai berikut.
Setelah ditelisik, alasan makanan Jawa didominasi rasa manis ternyata berhubungan dengan sejarah di masa penjajahan Belanda dan adanya sumber daya gula yang melimpah. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing faktor tersebut.
Saat Perang Diponegoro, banyak warga pribumi yang diwajibkan melakukan kerja paksa oleh Belanda. Salah satu program kerja paksa itu berhubungan dengan pertanian atau biasa disebut sebagai tanam paksa.
Warga di Jawa Barat diharuskan menanam kopi. Sedangkan warga di Yogyakarta dan Jawa Tengah wajib menanam tebu.
Alih-alih makmur, rakyat justru sempat dilanda krisis kelaparan karena 70 persen lahan hanya ditanami tebu. Akibatnya, warga akan mengonsumsi makanan apapun yang bisa dimakan.
Karena yang ada hanya tebu, maka warga pribumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah akhirnya banyak mengonsumsi tebu dan olahannya agar terhindar dari rasa lapar. Selain itu, harga rempah-rempah saat itu juga melambung tinggi, sehingga tidak bisa dijangkau oleh masyarakat dari kalangan menengah ke bawah.
Di sisi lain, Pemerintah Belanda gencar membangun pabrik gula di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Imbasnya, warga sekitar terbiasa mengonsumsi makanan yang bercita rasa manis.