Mengintip Rambutan Hutan yang Sangat Langka, seperti Apa Rasanya?
Perihal itu, KLHK memberi tanggapan sebagai berikut:
"Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35 Tahun 2007, Saninten termasuk salah satu jenis komoditas hasil hutan bukan kayu yang diperkenankan untuk pemanfaatannya," tulis laporan KLHK.
Artinya, sekalipun langka tapi masyarakat masih bisa menikmati buah yang dikenal juga sebagai rambutan hutan tersebut.
Namun, ada catatan penting yang diterangkan KLHK di laman yang sama. "Dalam teknis pelaksanaannya, perlu dikonsultasikan dengan pihak berwenang yakni Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Balai Taman Nasional, Dinas Kehutanan, dan instansi terkait lainnya," begitu terang KLHK.
"Konsultasi tersebut bertujuan agar kita mendapatkan arahan mekanisme yang benar sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan," tambah laporan tersebut.
Rasanya Manis Gurih
Perlu diketahui, Saninten memiliki daun tunggal berseling, berbentuk lancip memanjang (lanset). Permukaannya berlilin dan bagian bawahnya berwarna abu-abu keperakan ditutupi bulu-bulu menyerupai bintang atau sisik yang lebat.
Buahnya berduri tajam mirip rambutan, bedanya kalau buah rambutan ketika diremas terasa lembut. Tapi kalau buah saninten durinya langsung menusuk telapak tangan.
Karena daun dan buahnya mirip rambutan, maka masyarakat setempat menjulukinya “Rambutan Hutan”. Dalam bahasa Inggris buah itu disebut juga “sweet chesnut”. Lantaran wanginya harum, rasanya manis gurih dan empuk. Sangat khas sekali rasanya.
Biji Saninten biasanya direbus atau dibakar hingga lunak durinya. Bisa juga cangkang bijinya dipecahkan, lalu diambil bagian dalamnya untuk disangrai. Sedikit diberi garam dan mentega serta bernilai ekonomis tinggi juga.
Editor: Vien Dimyati