Menyeruput Dawet Ireng di Kampoeng Heritage Kajoetangan
Jajanan yang disajikannya juga unik. Niken membuat dawet ireng yang belum terlalu populer di Kota Malang. Selain itu, juga ada jajanan lawas yang tak kalah nikmat. Harganya pun ramah di kantong, setiap menunya dibanderol Rp5.000.
"Dawet ireng ini terbuat dari bahan alami. Warna hitamnya ini dari merang yang dibakar, diambil airnya, terus dicampurkan ke bahan-bahan lainnya. Saya juga jualan ketan bubuk, ongol-ongol, jajanan pasar lainnya. Nah, ide jualan dawet ireng ini karena saya nyari yang belum dijual orang. Kalau jajanan pasar kan banyak, kalau dawet ayu juga banyak, tapi kalau dawet ireng kan belum booming di sini. Selain itu ketan bubuk saya ini juga beda. Bubuknya saya buat sendiri, saya tambahi empon-empon sehingga rasanya beda dan khas," ucapnya.
Niken mengaku ditutupnya kampung ini selama masa pandemi memang berdampak pada menurunnya omzet penjualannya. Namun, perempuan ramah ini memutar otak agar produknya tetap bisa dipasarkan.
Dia mengaku jajanan olahannya ini selain bisa dinikmati di kedai sekaligus rumahnya, dia juga memasarkan lewat media sosial. Ternyata animo masyarakat pun cukup tinggi.
Wisatawan yang berkunjung ke Kampoeng Heritage Kajoetangan, wajib mampir di tempat ini. Menyeruput dawet ireng yang manis gurih nan segar atau menyantap ketan bubuk yang nikmat di rumah kuno yang nyaman dengan pemiliknya yang ramah.