Penuhi Kebutuhan Gizi Anak untuk Cegah Stunting, Begini Cara Atasinya!
JAKARTA, iNews.id - Isu stunting di Indonesia masih menjadi pembicaraan hangat. Biasanya, stunting ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak apabila dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Upaya mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia menjadi sebesar 14 persen pada 2024 sesuai dengan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, membutuhkan tidak hanya program intervensi gizi namun juga upaya-upaya prevensi atau pencegahan.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penanganan stunting harus dilakukan, bahkan dimulai sejak ibu sebelum hamil, pada saat hamil, dan setelah melahirkan guna memastikan anak sehat dan tidak kekurangan gizi.
Lantas, bagaimana cara mengatasinya? Ketika berat badan balita tidak naik, harus intervensi dengan memberi makanan kaya protein hewani, seperti telur, ikan dan ayam.
Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul menghadapi bonus demografi dan menuju Indonesia Emas 2045, pemerintah memandang sangat penting untuk melakukan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha dalam mempercepat pencapaian RPJMN.
Axton Salim, Koordinator Scaling Up Nutrition Business Network (SBN) Indonesia yang sekaligus Ketua Kelompok Kerja Stunting APINDO dan Ketua Bidang Pembangunan Berkelanjutan / SDGs mengatakan, Bicara mengenai SDM unggul tidak terlepas dari pemenuhan gizi.
Ada tiga prioritas SBN Indonesia terhadap percepatan perbaikan gizi di Indonesia yaitu intervensi dan edukasi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) & remaja, gizi seimbang serta sanitasi dan higienitas. Oleh karena itu, diperlukan upaya prevensi dan intervensi untuk mengatasi isu gizi termasuk stunting.
"Prevensi kami lakukan dengan memberikan edukasi kepada remaja, ibu hamil dan menyusui agar memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik," kata Axton, melalui keterangannya belum lama ini.
Menurut Axton, tidak hanya itu, upaya intervensi juga dilakukan dengan memberikan makanan bergizi sesuai pedoman dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Namun, dia menyadari untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia perlu dukungan dunia usaha untuk saling bersinergi.
Dia menambahkan, SBN Indonesia bersama dengan Apindo melakukan kampanye Gerakan Anak Sehat (GAS) - Kolaborasi
Inklusif Pengusaha Indonesia Atasi Stunting (KIPAS) Apindo, gerakan ini merupakan integrasi antara prevensi dan intervensi pangan dengan target kepada sekitar 3.600 peserta yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui dan bayi dari usia 6-24 bulan di tiga lokasi yakni Kabupaten Bogor, Kota Serang dan Kabupaten Purbalingga,” kata Axton.
“Apindo berkomitmen untuk berkontribusi dalam upaya pencegahan stunting. Dunia usaha juga menyebut jika terdapat korelasi antara stunting dengan investasi. Stunting harus kita perangi bersama dengan pendekatan yang ilmiah dan berbasis sains untuk mewujudkan generasi yang unggul dan mampu bersaing di tingkat global," kata Ketua Umum Apindo, Shinta W. Kamdani.
Axton Salim kembali menjelaskan, dalam mengatasi 3 isu gizi nasional yaitu gizi kurang, obesitas dan defisiensi mikronutrien Indofood juga sudah melakukan beragam upaya intervensi dan prevensi antara lain bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia untuk memberikan edukasi kepada para tenaga kesehatan dan kader
serta mengedukasi remaja putri baik melalui platform online maupun offline.
Menurutnya, Indofood juga mendukung fortifikasi wajib untuk mengatasi masalah micronutrient deficiency dengan menghadirkan produk yang sudah terfortifikasi dan menyediakan lebih dari 30 Stock Keeping Unit (SKU) dengan 'Pilihan Lebih Sehat'. "Kami berharap akan semakin banyak pengusaha yang berkontribusi dalam program Gas-Kipas Apindo
agar target intervensi 1.000 Posyandu dapat segera tercapai. Pada 2024 target prevalensi stunting sebesar 14 persen bisa kita wujudkan bersama," tutur Axton.
Editor: Vien Dimyati