Vice President ICA Hendri Syamsul, dari Sopir Taksi hingga Punya Resto
JAKARTA, iNews.id - Menjadi seorang chef atau juru masak tidak pernah ada di benak Hendri Syamsul, yang justru kini dikenal sebagai Vice President Indonesian Chef Association (ICA). Sebuah wadah atau himpunan para chef di seluruh Indonesia.
Tetapi takdir dan jerih payahnya membawanya menjadi seorang chef andal dan kini telah memiliki restoran sendiri. "Aktivitas saya saat ini menjaga restoran kami, menjalankan sebagai konsultan di beberapa restoran," kata Hendri membuka obrolan dengan iNews.id di Lokananta Terrace Resto, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Gagal untuk masuk sipil, tak membuatnya putus asa. Justru dia mencari-cari cara agar berhasil lewat jalur lain dan dari situlah muncul ide menjadi juru masak. Melalui jalan yang cukup panjang untuk mencapai yang sekarang, Hendri sempat mengalami masa-masa sulit ketika harus menyambi kuliah dengan kerja.
"Saya juga jadi sopir taksi saat kuliah. Jadi supir taksi dan pribadi, mengambil sampingan dengan cara kerja part time. Harus begitu untuk bisa mendapatkan uang (saat itu)," ucap dia mengenang.
Menjadi sopir taksi dan supir pribadi menjadi saksi kisah hidup Hendri sebelum menjajal dunia kuliner sebagai seorang juru masak di hotel. Tak mudah puas, dia ingin naik tingkat, naik jabatan, namun birokrasi menghalangi. Dari sini dia menyadari harus melakukan sesuatu untuk 'naik kelas'.
"Adakalanya pengalaman dimarahi tamu. Kita harus tahu maunya tamu seperti apa. Menguras otak untuk menciptakan makanan murah, tetapi enak," katanya saat mengingat masa-masa menjadi juru masak dan awal membuka restoran.
Kini restorannya, Lokananta Terrace Resto telah berdiri selama 15 tahun di kawasan Panglima Polim, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Banyak tantangan, banyak rintangan, dan kegagalan yang telah dia lalui selama berkecimpung di dunia kuliner.
"Ketika jadi pengusaha, kita harus memikirkan banyak orang. Kalau jadi karyawan kan, mikirin diri sendiri. Bagaimana mereka (karyawan) harus tetap hidup, itu tantangan terbesar," ucapnya.
Bertahan di industri kuliner selama 15 tahun pun tak mudah dilaluinya. Yakin, fokus, mau belajar, nekat, dan tekad adalah hal yang sering diulang-ulang untuk bertahan. Selain itu, yang tak kalah penting adalah menjadi seorang pengusaha adalah menghargai karyawan. "Karena mereka, kami ada," katanya.
Editor: Tuty Ocktaviany