Sementara, dari sisi negara tujuan ekspor Indonesia, India berada di posisi ke-4 dengan membukukan nilai ekspor sebesar 25,35 juta dolar AS atau 6,1 persen dari total ekspor VSF Indonesia ke seluruh dunia.
Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Indrasari Wisnu Wardhana, mengatakan dalam kurun waktu 11 bulan terakhir, Indonesia telah berhasil tiga kali berturut-turut terbebas dari pengenaan BMAD oleh DGTR India, yaitu untuk produk non woven fabric, viscose spun yarn (VSY), dan viscose staple fiber (VSF).
“Capaian untuk produk VSF kali ini menjadi catatan tersendiri. Hal ini mengingat VSF merupakan bahan baku dari VSY. Sehingga, eksportir Indonesia dapat secara simultan menggenjot ekspor untuk kedua jenis produk ini,” ujar Indrasari.
Sementara itu, Plt. Direktur Pengamanan Perdagangan Kemendag, Pradnyawati, mengungkapkan kerja sama antara semua stakeholders menjadi strategi yang efektif dalam penghentian BMAD VSF ini.
“Saya berharap kerja sama pemerintah dengan pelaku usaha dapat dilanjutkan dengan segera mewujudkan akselerasi ekspor VSF ke India. Hal tersebut mengingat adanya kesempatan ekspor VSF ke India yang semakin terbuka lebar,” tutur Pradnyawati.
Dia menjelaskan, dalam kurun lima tahun terakhir, ekspor VSF Indonesia ke India tertinggi tercatat pada 2019 dengan nilai sebesar USD 35,85 juta.
Sementara, pada periode Januari-Mei 2021, nilai ekspor VSF Indonesia ke India tercatat sebesar 16,69 juta dolar AS atau naik sebesar 114,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,79 juta dolar AS.