Adapun penggunaan teknologi kecerdasan buatan akan memberikan dampak positif dan negatif. Perusahaan akan membutuhkan pekerja baru membantu menerapkan dan mengelola alat kecerdasan buatan. Menurut WEF, pekerjaan data analyst dan scientist, spesialis perangkat lunak, dan pakar keamanan siber diperkirakan akan tumbuh rata-rata 30 persen pada 2027.
Pada saat yang sama, proliferasi kecerdasan buatan akan membahayakan banyak posisi karena robot menggantikan manusia dalam beberapa kasus. WEF memprediksi, kemungkinan ada 26 juta pekerjaan pencatatan dan administrasi berkurang pada 2027. Jumlah pegawai entri data dan sekretaris eksekutif diperkirakan akan mengalami penurunan paling tajam.
Terlepas dari heboh seputar alat seperti ChatGPT, otomatisasi telah berkembang perlahan pada awal dekade ini. Organisasi yang disurvei WEF memperkirakan, 34 persen dari semua tugas terkait bisnis saat ini dilakukan oleh mesin.
Ekspektasi untuk laju adopsi di masa mendatang juga telah direvisi turun. Pada 2020, pemberi kerja memperkirakan sebesar 47 persen tugas akan diotomatisasi pada 2025. Sekarang mereka memperkirakan angka tersebut mencapai 42 persen pada 2027.
Sementara itu, menurut WEF, perusahaan memikirkan kembali keterampilan apa yang dibutuhkan karyawan. Perusahaan sekarang menghargai kemampuan untuk menggunakan alat AI secara efisien lebih dari pemrograman komputer.