Menurut dia, perusahaan startup yang bergerak di bidang e-commercem pembayaran digital, travel dan edukasi terlalu banyak memperlihatkan pencitraan yang justru merugikan dirinya sendiri.
Hal itu, terlihat dari pencitraan yang memberikan gaji besar serta kantor mewah dengan fasilitas modern. "Kalau mendapat pendanaan besar tidak masalah, tapi kalau pendanaan tidak besar, jadi pemborosan," kata Heru Sutadi.
Jika perilaku bakar-bakar uang yang dilakukan oleh startup melalui berbagai promo masih terus berjalan, dia memprediksi bahwa 1 sampai 2 tahun akan mengalami kerontokan.
"Kalau saya melihat jika dalam 1-2 tahun ini tidak survive atau menjadi unicorn, maka startup level menengah bersiap untuk rontok. Sehingga, gelombang PHK startup dalam skala besar maupun kecil akan sering kita lihat dalam beberapa waktu ke depan," ungkap Heru Sutadi.
Dia memaparkan, banyaknya perusahaan startup yang melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawannya disinyalir merupakan fenomena ledakan gelembung atau bubble burst.