JAKARTA, iNews.id - Sejumlah negara di dunia memiliki masyarakat yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. Kondisi geografis dan demografis yang berbeda mempengaruhi kesejahteraan masyarakatnya.
Pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina memperburuk kondisi sejumlah negara, terutama bagi negara-negara miskin. Berikut ini lima negara mayoritas muslim termiskin di dunia berdasarkan produk domestik bruto (PDB) per kapita, yang dikutip dari berbagai sumber:
Negara yang terletak di Afrika Tengah ini memiliki populasi 16,43 juta penduduk, dengan lebih dari setengahnya beragama Islam.
Negara yang terkurung daratan ini yang dulunya merupakan ekonomi agraris, dan menjadi produsen minyak pada 2003, tetapi hal itu hanya menguntungkan segelintir orang dan kesengsaraan bagi banyak orang.
Pada saat itu, pemerintah memperkenalkan undang-undang yang mengalokasikan 80 persen royalti dan 85 persen dividen dari produksi minyak untuk pengentasan kemiskinan. Jumlah ini seharusnya untuk membiayai masyarakat, infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, tetapi presiden otokratis Idriss Deby mengendalikan pendapatan tersebut. Hanya tiga tahun kemudian, undang-undang yang mengharuskan untuk berkonsultasi serikat pekerja dan organisasi nirlaba tentang cara mengalokasikan uang dicabut.
Sebagian besar dana digunakan untuk tetap berkuasa dengan memerangi pemberontak di timur dan utara negara itu dan menindak lawan politik dan segala bentuk perbedaan pendapat. Ketika Deby terbunuh tahun lalu, dewan militer yang dipimpin oleh putranya, Mahamat Idriss, mengambil alih negara.
Meski menjadi negara penghasil minyak, Chad masih berada di peringkat terbawah dalam Indeks Pembangunan Manusia PBB. PDB per kapita negara ini pada 2021 tercatat 696,4 dolar AS atau Rp10,5 juta.
Yaman memiliki 99,1 persen penduduk beragama Islam dari total jumlah penduduk sebanyak 30.984.689. Kemiskinan yang melanda negara di Jazirah Arab di Asia Barat Daya ini diakibatkan beragam tantangan yang menghambat pertumbuhan ekonomi, salah satunya perang saudara.
Efek dari perang saudara menghentikan aktivitas ekspor, menekan nilai tukar mata uang, mempercepat inflasi, serta kerusakan infrastruktur yang meluas. Konflik tersebut juga menciptakan krisis kemanusiaan yang parah sehingga lebih dari 7 juta orang berisiko kelaparan dan lebih dari 80 persen populasi membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Bahkan PHK besar-besaran juga terjadi akibat sektor swasta mengalami kebangkrutan. Bank sentral negara ini juga tidak bisa sepenuhnya mendukung impor barang-barang penting.
Yaman juga tercatat sebagai negara berpenghasilan rendah dengan PDB per kapita pada tahun lalu berdasarkan data Bank Dunia sebesar 690,8 dolar AS atau Rp10,4 juta.