5 Penyebab Ekonomi China Bermasalah, Nomor 1 karena Zero Covid

Suparjo Ramalan
5 penyebab ekonomi China bermasalah, nomor 1 karena zero Covid. Foto: Reuters

3. Krisis di pasar properti China

Lemahnya aktivitas real estate dan sentimen negatif di sektor perumahan memperlambat pertumbuhan. Kondisi ini telah memukul ekonomi dengan keras karena properti dan industri lain yang berkontribusi hingga sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) China.

"Ketika kepercayaan lemah di pasar perumahan, itu membuat orang merasa tidak yakin tentang situasi ekonomi secara keseluruhan," ucap Kuijs.

Pembeli rumah menolak untuk melakukan pembayaran hipotek pada bangunan yang belum selesai dan beberapa meragukan rumah mereka akan selesai dibangun. Permintaan untuk rumah baru turun, sehingga mengurangi impor komoditas yang digunakan dalam konstruksi.

Terlepas dari upaya Beijing untuk menopang pasar real estat, harga rumah di puluhan kota juga telah anjlok lebih dari 20 persen tahun ini. Dengan pengembang properti di bawah tekanan, analis mengatakan, pihak berwenang mungkin harus berbuat lebih banyak untuk memulihkan kepercayaan di pasar real estat.

4. Perubahan iklim memperburuk keadaan

Cuaca ekstrem mulai berdampak jangka panjang pada industri China. Gelombang panas yang parah, diikuti oleh kekeringan, melanda provinsi barat daya Sichuan dan kota Chongqing pada Agustus lalu.

Ketika permintaan AC melonjak, itu membuat jaringan listrik di wilayah yang hampir seluruhnya bergantung pada tenaga air. Sementara pabrik-pabrik seperti iPhone, Foxconn, dan Tesla terpaksa memangkas jam kerja atau tutup sama sekali.

Biro Statistik China melaporkan pada Agustus bahwa keuntungan di industri besi dan baja merosot lebih dari 80 persen dalam tujuh bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Beijing akhirnya berupaya menyelamatkan dengan puluhan miliar dolar AS untuk mendukung perusahaan energi dan petani. 

5. Raksasa teknologi China kehilangan investor

Tindakan keras terhadap raksasa teknologi China,  yang telah berlangsung selama dua tahun berdampak buruk. Tencent dan Alibaba melaporkan penurunan pendapatan pertama mereka pada kuartal terakhir, di mana laba Tencent anjlok 50 persen, begitu juga dengan Alibaba yang turun setengahnya.

Puluhan ribu pekerja muda kehilangan pekerjaan, sehingga menambah krisis pekerjaan, di mana satu dari lima orang berusia 16 hingga 24 tahun menganggur. Hal ini dapat merugikan produktivitas dan pertumbuhan China dalam jangka panjang.

Investor juga merasakan pergeseran di Beijing. Beberapa perusahaan swasta paling sukses di China mendapat sorotan yang lebih besar dari Presiden Xi Jinping. Sementara perusahaan milik negara mendapatkan dukungan.

Akibatnya, Softbank Jepang menarik sejumlah besar uang tunai dari Alibaba, sementara Berkshire Hathaway menjual sahamnya di pembuat kendaraan listrik BYD. Tencent pun telah menarik investasi senilai lebih dari 7 miliar dolar AS pada paruh II 2022. 

Di sisi lain, AS menindak perusahaan China yang terdaftar di pasar saham Amerika.

"Beberapa keputusan investasi sedang ditunda, dan beberapa perusahaan asing berusaha untuk memperluas produksi di negara lain," tulis S&P Global Ratings dalam catatan baru-baru ini.

Editor : Jujuk Ernawati
Artikel Terkait
Nasional
6 jam lalu

Kunjungi Indonesia, Ketua MPR China Temui Prabowo di Istana Besok

Nasional
8 jam lalu

Purbaya Ungkap Isi Pertemuan dengan Rosan, Bahas Utang Kereta Cepat Whoosh

Nasional
1 hari lalu

Tak Hanya Bandara, Mantan Karyawan Sebut Ada Pelabuhan Privat Milik IMIP 

Internasional
6 hari lalu

China Klaim Warganya Jadi Target Pembunuhan dan Diskriminasi di Jepang

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal