RIYADH, iNews.id - Anjloknya permintaan minyak mentah akibat Covid-19 memaksa perusahaan minyak dunia memulai strategi transisi energi global. Namun, sebaliknya, raksasa minyak milik Arab Saudi, Saudi Aramco justru berencana meningkatkan kapasitas produksinya sehingga dapat memompa sebanyak mungkin cadangan minyak ketika permintaan meningkat.
Sebelumnya diketahui, pada Maret lalu pemerintah Arab Saudi berencana untuk menindaklanjuti ancaman nyata selama perang harga minyak dengan Rusia, yakni dengan meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 13 juta barel per hari (bph) dari sebelumnya 12 juta bph.
Aramco sendiri yakin dapat melemahkan pesaing dan terus menghasilkan uang, bahkan ketika harga minyak yang lebih rendah membuatnya tidak cukup menguntungkan. Pendekatan Aramco sangat kontras dengan rival seperti BP dan Shell yang justru akan membatasi pengeluaran untuk produksi minyak, sehingga dapat berinvestasi ke energi terbarukan sebagai persiapan menuju dunia rendah karbon.
“Kami memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak masih akan terus berlanjut dalam jangka panjang, didorong oleh peningkatan populasi dan pertumbuhan ekonomi. Bahan bakar dan petrokimia akan mendukung pertumbuhan permintaan, sedangkan spekulasi tentang puncak permintaan minyak sama sekali tidak konsisten dengan realitas konsumsi minyak,” ujar juru bicara Aramco dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters pada Rabu (7/10/2020).
Kendati demikian, Aramco tetap akan fokus pada cara memompa lebih banyak bahan bakar yang lebih bersih sambil mengurangi emisi gas rumah kaca. Produksi minyak Aramco diklaim sudah memiliki apa yang disebut intensitas karbon 10,1 kg karbon dioksida (CO2) untuk setiap barel yang diproduksi, yang disebut terendah di antara para pesaingnya.
“Prioritas kami adalah mempertahankan intensitas karbon rendah dan biaya produksi rendah, sambil tetap mengirimkan pasokan energi yang dibutuhkan dunia. Kami sedang meneliti cara untuk mengurangi emisi melalui teknologi, seperti membuat mesin lebih efisien, formulasi bahan bakar yang lebih baik, penangkapan dan penyerapan karbon, dan mengubah CO2 dan hidrokarbon menjadi produk yang bermanfaat," kata Aramco.
Sementara itu, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman sedang mencoba mengembangkan industri baru untuk mengurangi ketergantungan kerajaan pada minyak guna mendiversifikasi ekonomi, di bawah rencana ambisius yang disebut Visi 2030. Agar rencananya berhasil, dia membutuhkan banyak uang dan penjualan minyak Aramco adalah sumber pendapatan utamanya.