Dia menambahkan, digitalisasi pengalaman penumpang merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan bandara saat ini. Hal itu juga selaras dengan prinsip dan model operasi AirAsia, dan mendukung fokus perusahaan terkait inovasi dan efisiensi.
Dengan pulihnya perjalanan internasional tanpa ada pembatasan perjalanan ke Singapura, dan dengan perpindahan ke T4, AirAsia optimistis dapat mencapai target pemulihan jumlah penumpang seperti sebelum pandemi. Dia memperkirakan pertumbuhan yang berkelanjutan juga akan terjadi pada operasi kargo dan logistik di wilayah tersebut.
"Dengan jaringan kami yang luas, yang mencakup Asia Tenggara dan Asia Pasifik, ditambah dengan dolar Singapura yang relatif menguat, kami memperkirakan akan terjadi lonjakan permintaan perjalanan ke Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia, India, dan lainnya,” ucap Tony.
Sementara Group CEO AirAsia Aviation Group Limited Bo Lingam mengatakan, T4 merupakan terminal pertama di Bandara Changi yang menerapkan sistem Fast and Seamless Travel (FAST) end-to-end yang lebih efisien. Itu sejalan dengan upaya perusahaan mempertahankan struktur biaya rendah sekaligus visi untuk mewujudkan perjalanan yang seamless.
“Kami memperkirakan kinerja bisnis penerbangan kami akan terus meningkat di semua aspek dalam waktu dekat, dan kami sangat senang dapat bekerja bersama CAG untuk mencapai tingkat sebelum pandemi di rute inti kami, yang kami harapkan akan terjadi pada atau bahkan sebelum kuartal II 2023," tutur Bo Lingam.
Dari Singapura, AirAsia Malaysia melayani 106 penerbangan setiap minggu, yang akan bertambah menjadi 120 mulai 22 September 2022 di tujuh rute. AirAsia Indonesia menerbangkan 34 penerbangan setiap minggu pada dua rute inti. Sementara AirAsia Thailand menerbangkan 24 penerbangan setiap minggu pada dua rute, dan AirAsia Filipina menerbangkan empat penerbangan setiap minggu pada satu rute.
Adapun layanan AirAsia ke/dari Singapura akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan permintaan yang kuat.