Meski begitu, Airlangga melihat adanya peluang lain dari dinamika ini. Pasar AS tetap menjadi target penting bagi ekspor Indonesia.
Pemerintah Indonesia, melalui Kedutaan Besar di AS, pemerintah telah menjalin komunikasi dengan United States Trade Representative (USTR) dan dalam waktu dekat akan mengajukan proposal konkrit sebagai respons terhadap kebijakan tersebut.
Presiden Prabowo Subianto juga terus mengikuti perkembangan ini. Airlangga menyebut Presiden telah melakukan komunikasi dengan berbagai pemimpin dunia termasuk PM Malaysia Anwar Ibrahim dan mengarahkan langkah-langkah strategis lanjutan.
Indonesia juga tengah mendorong pendekatan bersama dengan negara-negara ASEAN. Para Menteri Perdagangan negara ASEAN akan bertemu pada 10 April mendatang untuk menyatukan sikap dan mendorong jalur negosiasi.
“Indonesia dan Malaysia akan mendorong pembaruan Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) yang telah ditandatangani sejak 1996. Banyak klausulnya sudah tidak relevan, sehingga perlu disesuaikan,” ucap Airlangga.
Selain itu, Indonesia juga akan memperkuat strategi impor dan ekspor dengan memanfaatkan delta perdagangan yang saat ini mencapai 18 miliar dolar AS. Produk-produk seperti gandum, kapas, migas, hingga komponen proyek strategis nasional seperti refinery, menjadi fokus untuk mengisi celah tersebut.