"Potensi pertumbuhan penumpang sebesar 10 persen tiap tahunnya juga dapat diakomodir oleh keberadaan terminal dan infrastruktur baru Bandara Ahmad Yani," kata Fahmi.
Fahmi menyebut, luasan apron baru mencapai 72.522 meter persegi yang dapat menampung 13 pesawat narrow body atau konfigurasi 10 pesawat narrow body dan 2 pesawat wide body kargo. Bandara Ahmad Yani, kata dia, nantinya akan menjadi bandara bisnis dan industri.
Fahmi juga mengatakan, Bandara Ahmad Yani mengusung konsep bandara terapung yang dipadukan dengan konsep "eco-green airport" sehingga menjadikan bandara ini sebagai bandara dengan terminal terapung pertama di Indonesia. Disebut sebagai bandara terapung karena terminal baru ini dibangun di atas lahan lunak dan sebagian besar berair dengan menggunakan tiang pancang dan metode prefabricated vertical drain (PVD) untuk memadatkan lahan lunak tersebut.
Sementara itu, Rini Soemarno mengatakan pengembangan Bandara Ahmad Yani merupakan sinergi dari empat BUMN sebagai kontraktor proyek, yaitu PT Hutama Karya, PT Waskita, PT Brantas Abipraya, dan PT Pembangunan Perumahan selain AP II. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan pemerintah bagi percepatan konektivitas udara dan pertumbuhan ekonomi.
Rini mengatakan, bandara Ahmad Yani ditargetkan beroperasi penuh pada awal 2019 mendatang. Namun, terminal ini bisa beroperasi dengan syarat minimum Mei 2018 sehingga sudah dapat melayani penumpang pada masa mudik dan libur Lebaran Juni nanti.