Adapun para pejabat telah menutup semua pembangkit listrik tenaga diesel negara itu, yang menyumbang sekitar 6 persen dari pembangkit listrik Bangladesh karena meningkatnya biaya impor bahan bakar.
Awal bulan ini, harga bensin dinaikkan lebih dari 50 persen, dengan biaya bahan bakar naik dari 86 taka atau Rp13.500 per liter menjadi 130 taka atau sekitar Rp20.400 per liter. Pada saat yang sama, harga solar dan minyak tanah naik lebih dari 40 persen.
Pada Juli lalu, Bangladesh menjadi negara Asia Selatan ketiga yang mencari pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF), setelah Sri Lanka, dan Pakistan. Sementara nominal pinjaman potensial belum diputuskan, pembicaraan diharapkan akan dimulai setelah Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia pada Oktober mendatang.
Cadangan mata uang asing Bangladesh telah menyusut menjadi sekitar 40 miliar dolar AS atau empat setengah bulan dari pengeluaran pemerintah biasa. Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi Bangladesh sempat dipuji sebagai salah satu yang tumbuh paling cepat di dunia.