Seperti diketahui, Sri Lanka sedang berjuang menghadapi krisis keuangan terburuk sejak kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1948, dimana devisa negara mencapai rekor terendah dan memicu gagal bayar utang luar negeri pertama kalinya pada tahun lalu.
Dana Moneter Internasional (IMF) pada bulan Maret telah menyetujui dana talangan hampir 3 miliar dolar AS untuk Sri Lanka, dan diharapkan ada dana tambahan hingga 4 miliar dolar AS dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan lembaga multilateral lainnya.
Sri Lanka juga akan merilis program restrukturisasi utang dalam negeri minggu ini untuk mendorong restrukrurisasi dengan pemegang obligasi dan kreditur bilateral termasuk China, Jepang, dan India.