“Kami pada dasarnya kehilangan akses pasar ke Rusia. Pelanggan kami di Rusia mengatakan bahwa konsumen mereka berkurang karena orang-orang tidak punya uang untuk membeli bahan-bahan pokok, apalagi produk tambahan seperti mangga, durian, dan rambutan yang biasanya diimpor dari Thailand,” kata Peyton Enloe, Direktur Pelaksana Purithai Produce, yang mengirimkan produk segar dan beku ke Eropa, Amerika, dan Rusia.
Analis mengatakan, sanksi Barat ke Rusia tak hanya memukul ekonomi negara itu, tetapi juga membuat prospek ekonomi Asia berubah menjadi sangat negatif karena kepedihan ekonomi menyebar ke seluruh dunia.
Bagi Thailand, ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara, guncangan ekonomi setelah invasi Rusia sebagian besar dirasakan di sektor-sektor tertentu. Selain sektor perdagangan, di mana ekspor Thailand ke Rusia sebesar 1 persen, sektor lainnya juga mengalami gangguan rantai pasokan yang serius. Bahkan sektor pariwisata juga menghadapi pukulan baru.
Phuket, destinasi wisata popule di Thailand, melaporkan banyak turis Rusia yang memperpendek kunjungan, bahkan meninggalkan negara itu. Padahal turis Rusia menjadi sumber wisatawan mancanegara terbesar Thailand selama masa pandemi.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, banyak orang Rusia meninggalkan liburan di Thailand untuk kembali ke negaranya, guna mengelola bisnis. Selain itu, kejatuhan rubel akibat sanksi Barat ke Rusia, membuat biaya kunjungan mereka di Thailand meningkat sebesar 30 persen.