Sigit menjelaskan, saat ini pihaknya telah menggunakan tiga merek kendaraan listrik, di antaranya kendaraan listrik milik BYD Co Ltd, Tesla Inc, dan Hyundai. Pihaknya juga akan berbicara dengan pemilik merek (business to business/B2B) untuk mengamankan persediaan kendaraan listrik di tahun mendatang.
“Tentu akan menggunakan merek kendaraan listrik yang tersedia dan potensial untuk kita pakai seiring bertambahnya kendaraan listrik. Sementara untuk unit premium juga perlu dilihat model seperti apa yang tersedia dan memang bisa kita pakai, tentu perlu melihat kesesuaian produk (product fit), kesesuaian harga (pricing fit) dan kesesuaian kualitas (quality fit),” kata Andre.
Namun, menyiapkan infrastruktur yang sesuai dan mengatur jumlah stasiun pengisian daya (charging station) merupakan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dalam menggunakan kendaraan listrik. Pihaknya sudah menyediakan sekitar kisaran 20 hingga 26 charging station yang tersebar di Jakarta dan Bali.
“Kita mengharapkan infrastruktur tambahan, karena kita tidak bisa mengandalkan semua 100 persen infrastruktur kita. Tantangan masih pada kesiapan infrastruktur charging dan kesiapan berjalan pasokan spare part semakin critical dengan semakin bertambahnya unit. Saya pikir pemerintah sudah mendorong pembangunan charging station, itu cukup positif, tapi kita perlu menunggu untuk jangkauan lebih luas,” ucapnya.