Sementara itu, investigasi ini dilakukan hanya beberapa hari setelah Didi mencatatkan saham perdananya (IPO) di Bursa Efek New York pada 30 Juni 2021. Pencatatan saham ini membuat kekayaan bersih Liu melambung menjadi 1,1 miliar dolar AS dan kekayaan CEO Didi Will Wei Cheng menjadi 4,4 miliar dolar AS.
Namun pada Selasa pagi, kekayaan Liu yang memiliki saham 1,6 persen di Didi, anjlok menjadi 920 juta dolar AS, membuatnya tidak lagi menjadi miliarder. Sedangkan kekayaan Cheng sebesar 3,8 miliar dolar AS karena 6,5 persen saham yang dimilikinya.
Liu mendirikan layanan panggilan taksi online bersama Cheng pada 2012, setelah meninggalkan pekerjaannya sebagai direktur pelaksana di Goldman Sachs. Sekarang platform transportasi seluler terbesar di China ini memiliki lebih dari 493 juta pengguna aktif tahunan dengan transaksi harian rata-rata sebesar 41 juta.
Kendati demikian, perusahaan belum menghasilkan keuntungan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2020, Didi mencatat pendapatan 21,6 miliar dolar AS, tetapi membukukan kerugian bersih 1,6 miliar dolar AS.
Sementara itu, Didi bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang menjadi target investigasi Cyberspace Administration of China. Full Truck Alliance dan Kanzuhn Ltd juga menjadi subjek investigasi. Keduanya melakukan IPO pada Juni 2021 di Bursa New York dan NASDAQ.