Kemudian, pertumbuhan kredit sepanjang 2017 mampu diimbangi dengan tetap menjaga kualitas penyaluran kredit. Hal ini tercermin dari Non Performing Loan (NPL) gross konsolidasi yang tercatat pada posisi 2,23 persen. NPL ini terkecil dibanding perbankan lainnya di Indonesia.
Di samping itu, BRI juga menjaga NPL coverage menjadi sebesar 182,98 persen atau naik dibandingkan periode yang sama pada 2016 sebesar 161,16 persen. Bank BRI juga berhasil menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp69,4 triliun kepada lebih dari 3,7 juta debitur baru selama periode Januari hingga Desember 2017.
Dari jumlah KUR yang telah disalurkan tersebut, sebesar 41 persen telah digunakan untuk sektor produktif. “Apabila dihitung mundur sejak KUR skema baru diluncurkan pada Agustus 2015, BRI telah berhasil menyalurkan KUR skema baru senilai Rp155 triliun kepada lebih dari 8,6 juta debitur,” kata Haru.
Penyaluran kredit yang tumbuh dobel digit tersebut dapat tercapai selaras dengan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang juga tumbuh sama. Tercatat, per akhir Desember 2017 DPK BRI secara konsolidasi sebesar Rp841,7 triliun atau tumbuh 11,5 persen secara yoy. Dana murah (CASA) pun masih mendominasi DPK BRI dengan proporsi mencapai 59 persen.
“Ini sejalan dengan strategi perseroan di mana memang BRI fokus untuk menghimpun dana-dana murah sehingga mampu menekan biaya operasional dan dapat memberikan suku bunga yang kompetitif bagi masyarakat,” ujarnya.