“Artinya, satu kelompok nasabah Mekaar dapat mengakses pembiayaan maksimal Rp270 juta,” ucap Giri.
Sementara untuk ULaMM, produk layanan menyasar perorangan dengan plafon yang lebih besar. Produk ini ditawarkan kepada para pelaku usaha yang sudah berhasil naik kelas. Karakteristik ini sekaligus menjadi pembeda ULaMM dengan Mekaar yang berbasis kelompok.
Selain itu perbedaan lain antara kedua produk tersebut juga dilihat dari segi agunan. Jika lewat Mekaar kaum ibu bisa mendapatkan modal tanpa agunan, di ULaMM setiap nasabah harus menyertakan agunan.
Giri mengatakan, setelah usaha yang dijalani nasabah ultra mikro PNM berhasil naik kelas, gerai Senyum selanjutnya akan memfasiltiasi mereka untuk memiliki rekening BRI. Dengan begitu, para debitur itu pun bisa mengakses pembiayaan dengan plafon yang lebih besar untuk mengembangkan usaha mereka ke segmen yang lebih tinggi lagi.
“Jadi prosesnya bertahap. Nanti, data kami (BRI) dan PNM ini akan semakin terintegrasi,” kata Giri.
Berdasarkan laporan tahunan BRI, hingga 31 Desember lalu terdapat 153 gerai Senyum yang tersebar di seluruh Indonesia. Ekosistem tersebut dijalankan oleh lebih dari 2.000 tenaga pemasar.
BRI juga melakukan optimalisasi sinergi bersama Pegadaian dan PNM melalui Senyum Mobile. Lewat aplikasi digital tersebut, pinjaman Mekaar tumbuh sebesar Rp384,5 juta dalam tempo dua bulan. Sementara, pinjaman lewat BRI tumbuh sebesar Rp28,38 miliar dalam periode yang sama.