JAKARTA, iNews.id - Perum Bulog mencatat sisa beras impor yang tersimpan di gudang perseroan mencapai 300.000 ton. Dua pertiga dari beras tersebut sudah turun mutu dan tidak bisa digunakan sementara sisanya masih layak.
Direktur Utama Bulog, Budi Waseso mengatakan, sisa beras impor tersebut masuk dalam iron stock alias Cadangan beras Pemerintah (CBP). Dia menilai, hal tersebut kini menjadi PR bagi Bulog meski bukan tanggung jawabnya.
"Sisa beras impor kurang lebih 300.000 ton, tidak ada potensi rusak itu 106.000 ton beras impor, kalau (beras serapan) yang di dalam negeri aman. Sampai hari ini, waktu itu Rakortas (Rapat Koordinasi Terbatas) membahas masalah sisa beras impor ini seperti apa dan harus bagaimana, tidak ada keputusan hingga hari ini. Semuanya dibebankan kepada Bulog, padahal ini Cadangan Beras Pemerintah," ujarnya, Kamis, (25/3/2021).
Pria yang kerap disapa Buwas tersebut mengatakan, selama ini banyak salah persepsi soal tugas dan fungsi Bulog. Dia pun mencontohkan perkara mesin pengering gabah (dryer) dikait-kaitkan dengan Bulog, padahal menjadi tanggung jawab dari Kementerian Pertanian.
Soal dryer, kata Buwas, menjadi persoalan utama Bulog sulit menyerap gabah. Pasalnya, para petani mengeringkan gabah dengan alat tradisonal sehingga kadar airnya tidak memenuhi standar pembelian Bulog yang ditetapkan pemerintah.
"Sekarang ini kita sedang menyerap (gabah), sekaligus saya juga berharap dari Kementerian Pertanian bahwa yang dibutuhkan oleh teman-teman dan saudara-saudara kita petani adalah pengering, karena ini bukan tanggung jawab kami," tuturnya.