Hal ini terutama dari perekonomian dalam negeri Indonesia, yang ditopang oleh meningkatnya konsumsi dan investasi serta kinerja ekspor. Berbagai indikator dini pada Juni tahun 2022 juga tercatat tetap baik.
"Misalnya Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh 15,4 persen year-on-year(yoy), kinerja sektor manufaktur juga tetap positif tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) yang masih ekspansif, dan bahkan mengalami penguatan pada bulan Juli dari 50,2 di bulan Juni menjadi 51,3," ungkap Sri Mulyani.
Konsumsi listrik, terutama untuk industri maupun bisnis juga tumbuh positif dan kuat. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat pada level 128,2 dari posisi Maret yang waktu itu hanya di 111,0. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki optimisme terhadap prospek pemulihan ekonomi.
"Dari sisi kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI), masih diperkirakan tetap kuat di tengah tekanan terjadinya arus modal keluar (outflow). Transaksi berjalan pada triwulan II 2022 diproyeksikan mencatat surplus dan lebih tinggi dibandingkan capaian surplus pada triwulan I 2022," ujar Sri Mulyani.
Hal ini terutama didukung oleh kenaikan surplus di neraca perdagangan, terutama akibat tingginya harga komoditas global yang merupakan barang-barang ekspor Indonesia.
Pada bulan Juni 2022, surplus neraca perdagangan tercatat mencapai 5,09 miliar dolar AS. Kalau dilihat selama satu triwulan, yaitu triwulan II 2022, NPI surplus mencapai 15,55 miliar dolar AS.
Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan tetap terjaga dan itu didukung oleh aliran modal masuk ke Indonesia dalam bentuk penanaman modal asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI).