Bitcoin dan uang kripto lainnya dibuat atau 'ditambang' oleh komputer bertenaga tinggi atau rig, untuk memecahkan teka-teki matematika yang kompleks dalam proses yang menggunakan listrik secara intensif.
Harga rig pertambangan telah merosot setelah larangan tersebut. Seorang penambang di Sichuan mengatakan, satu mesin yang dijual sekitar 4.000 yuan atau sekitar Rp9 juta pada April dan Mei lalu, kini bisa dibeli dengan harga cuma 700-800 yuan atau setara Rp1,5 juta hingga Rp1,8 juta.
Bitmain, pembuat mesin penambangan uang kripto terbesar di China mengatakan, telah menangguhkan penjualan produknya dan mencari pasokan listrik di luar negeri bersama kliennya, seperti ke Amerika Serikat, Kanada, Australia, Rusia, Kazakhstan, dan Indonesia.
Sementara perusahaan lain, BIT Mining telah mengirim batch pertama sebanyak 320 mesin penambangan ke Kazakhstan. Batch kedua dan ketiga, dengan total 2.600 mesin akan dikirim ke sana pada 1 Juli 2021.
"Kami mempercepat pengembangan luar negeri kami untuk sumber daya pertambangan alternatif berkualitas tinggi," kata CEO BIT Mining Xianfeng.
BIT Mining juga telah berinvestasi di pusat data penambangan kripto di Texas. Huang Dezhi, yang mengoperasikan proyek pertambangan di Sichuan mengayatakan tengah menjajaki kemungkinan tujuan luar negeri seperti Kazakhstan.
"Jika pemerintah tidak mengubah kebijakan tersebut, kami tidak punya pilihan lain. Anda tidak dapat menentang keputusan pemerintah pusat," ujar Huang.
Seemntara seorang manajer proyek bermarga Sun mengatakan, dia telah menawarkan bantuan kepada penambang lokal pindah ke Rusia. Namun dia mengatakan, akan ada risiko jika memindahkan mesin ke luar negeri.
"Risiko besar jika Anda memindahkan mesin ke luar negeri karena Anda pada dasarnya menyerahkan kendali atas aset Anda," kata Sun.