Selama Januari-Juni, Bank Permata meraup pendapatan operasional sebesar Rp4,13 triliun, naik 12 persen bila dibandingkan perioden yang sama tahun lalu Rp3,66 triliun.
Namun, beban operasional meningkat dari Rp2,71 triliun menjadi Rp3,38 triliun akibat naiknya pencadangan kerugian bank dari Rp438 miliar menjadi Rp1,06 triliun.
"Ini memperhitungkan potensi peningkatan kerugian kredit sebagai akibat dari perlambatan pertumbuhan perekonomian yang berdampak pada profil risiko portofolio kredit," ujarnya.
Kenaikan pencadangan itu seiring naiknya rasio kredit bermasalah Bank Pertama akibat pandemi. Per 30 Juni, non-performing loan (NPL) neto naik dari 1,34 persen (31 Desember 2019) menjadi 1,8 persen sementara NPL bruto naik dari 2,77 persen menjadi 3,74 persen.
Ridha mengatakan, rasio marjin bunga Bank Permata cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan Net Interest Margin (NIM) dari 4,2 persen menjadi 4,5 persen.
Dia mengatakan, manajemen berupaya menurunkan biaya operasional. Cost to Income Ratio (CIR) misalnya, turun dari 62,8 persen menjadi 58,7 persen.
Sementara posisi likuiditas Bank Permata cukup sehat. Loan to Deposit Ratio (LDR) bank mencapai 80,7 persen per Juni 2020. Capital Adequacy Ratio (CAR) juga terjaga di level 21,3 persen, naik bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu 19,8 persen.