Inflasi tahunan di Sri Lanka meningkat selama 12 bulan berturut-turut dan mencapai rekor tertinggi baru 69,8 persen pada September 2022, di tengah krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang diperparah oleh depresiasi tajam mata uang. Kontribusi kenaikan terbesar berasal dari biaya makanan yang mencapai rekor baru 94,9 persen pada September dari bulan sebelumnya 93,7 persen.
Harga barang nonmakanan juga melonjak 57,6 persen, lebih besar dari kenaikan bulan sebelumnya 50,2 persen, yang dipimpin transportasi, perumahan dan utilitas, serta restoran dan hotel. Sementara inflasi bulanan sebesar 3,8 persen, naik dari Agustus sebesar 2,5 persen.
Inflasi tahunan di Ghana meningkat selama 16 bulan berturut-turut menjadi 37,2 persen pada September 2022 dari Agustus 33,9 persen. Ini adalah inflasi tertinggi sejak Juli 2001, bahkan setelah bank sentral Ghana kembali menaikkan suku bunga 250 bps.
Harga barang impor melonjak 40,7 persen, lebih cepat besar dari barang domestik di 35,8 persen, sebagian besar disebabkan oleh pelemahan mata uang. Tekanan kenaikan sebagian besar berasal dari harga perumahan dan utilitas, transportasi, dan produk makanan. Adapun inflasi bulanan tercatat 2 persen pada bulan lalu.
Inflasi tahunan di Laos melonjak menjadi 34 persen pada September 2022, tertinggi sejak Desember 1999 dan naik dari bulan sebelumnya sebesar 30 persen. Kenaikan diakibatkan melonjaknya harga bahan makanan, khususnya beras, perawatan kesehatan dan obat-obatan, kendaraan, bahan bakar dan alat transportasi, serta barang konsumsi lainnya.
Selain tujuh negara tersebut, ada beberapa negara lain yang mencatat inflasi terbesar, namun mereka belum merilis data terbaru per September 2022. Beberapa negara dengan inflasi tahunan terbesar pada Agustus 2022, di antaranya:
1. Suriah dengan inflasi 162 persen
2. Sudan dengan inflasi 139 persen
3. Venezuela dengan inflasi 114 persen
4. Iran dengan inflasi 52,2 persen
5. Suriname dengan inflasi 39,1 persen
6. Kuba dengan inflasi 32,32 persen