"Jadi kita seecara sadar berusaha tidak menjual tapi tidak menambah secara nominal, nomial sama sekitar Rp65-70 triliun (di saham), tapi dana kelolaan tumbuh pesat sekitar 13-15 persen per tahun," kata Edwin.
Sehingga dana kelolaan yang terus tumbuh itu sejak tahun 2021 itu tidak lagi dibelikan saham hingga saat ini. Namun lebih banyak dialokasikan ke instrumen investasi lain seperti obligasi, deposito, reksadana, properti dan lainnya.
"Masalahnya pada saat itu (2021) outlook di pasar saham belum positif dan baru covid sehingga ada kemungkinan peningkatan suku bunga, inflasi dan lain sebagainya," tutur Edwin.