"Transaksi besar, ini salah satu transaksi unik. Transaksi yang sulit karena ada tiga pihak PTFI dan Rio Tinto. Terkait dengan saham dan terkait PI (hak partisipasi/participating interest), bagaimana konversi saham," kata dia.
Untuk menguasai Freeport, kata BGS, Inalum mesti membeli 40 persen PI Rio Tinto dan 6 persen saham Freeport karena saham pemerintah di perusahaan yang beroperasi di Papua itu hanya 9 persen. Dia mengaku tidak memiliki target kapan transaksi besar ini akan terwujud.
“Kalau Inalum, lebih baik transaksinya benar daripada transaksinya terburu-buru tapi tidak bagus. Saya takut kalo kita ngomong sesuatu tapi tidak bisa tercapai. Perbankan lebih konservatif lagi, saya takutnya ngomong sesuatu tidak bisa dicapai tidak bagus juga," ujarnya.
Nilai valuasi Freeport saat ini masih belum jelas. Untuk PI Rio Tinto, Budi sebelumnya pernah menyebut nilainya tidak berbeda jauh dengan perhitungan yang dibuat sejumlah lembaga keuangan. Deutsche Bank misalnya merilis nilai PI perusahaan asal Australia di Freeport Indonesia mencapai 3,3 miliar dolar AS. Sementara pihak Rio Tinto sudah membuka harga di angka 3,5 miliar dolar AS.