Untuk sektor telekomunikasi, PT Telkom Indonesia Tbk dan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dituntut mampu menjawab dan menghadapi era disrupsi digitalisasi melalui lini bisnis perusahaan. Langkah ini dilakukan lantaran ekonomi digitalisasi dalam negeri diperkirakan naik hingga Rp4.800 triliun pada 2030.
Sementara industri pangan, Erick sebelumnya mengakui bahwa teknologi dan inovasi pangan di Indonesia masih tertinggal dengan negara tetangga. Di mana, negara lain telah menghasilkan produk pangan lebih baik dari Indonesia.
Dia menyampaikan, ekosistem dan market pangan dalam negeri akan semakin tertinggal, bila Indonesia tidak memperbaiki ekosistem hingga peta jalannya (roadmap). Akan tetapi, dia tidak pesimistik terhadap kondisi tersebut. Dia meyakini Holding BUMN Pangan atau ID FOOD akan mempekuat ekosistem pangan di Tanah Air.
"Industri pangan, bagaimana Pangan tidak hanya menjadi swasembada, tapi juga menjadi alternatif seperti yang Bapak (Jokowi) dorong daripada industri gula menjadi etanol," ucapnya.
Terkait pertambangan, dia meminta PT Freeport Indonesia (PTFI) mengikuti jejak industri pertambangan di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, China, dan Eropa. Jejak tersebut terkait dengan pemanfaatan teknologi terbarukan untuk operasional pertambangan.
Erick mencatat dengan pemanfaatan teknologi 5G untuk operasional perusahaan, sejumlah industri pertambangan di beberapa negara berhasil meningkatkan produktivitasnya hingga 25 persen. Bahkan, biaya operasional berupa pengeboran mampu ditekan hingga 40 persen. Sementara, penghematan energi mencapai 20 persen.
"5G mining ini sudah berjalan di Amerika, Swedia, Tiongkok, dan Rusia. Di mana hasil bisa meningkatkan produktivitas meningkat sampai 25 persen. Lalu, biaya operasional, itu pengeboran khususnya, bisa turun sampai 40 persen. Dan tentu penghematan energi sebesar 20 persen," tuturnya.