Ganjar lantas menyebut bahwa ketika ada konflik pun, maka ia sebagai Gubernur Jawa Tengah tak pernah cuci tangan atau menghindar.
"Kalau pun ada (konflik) tak boleh cuci tangan. Awalnya saya datangi Wadas dan Semen Rembang. Dan isunya sebetulnya tidak melulu lingkungan. Ketika yang "di-quote” yang banyak lingkungannya, maka algoritma lingkungan yang keluar terus. Padahal tidak melulu begitu. Aspek bisnis, aspek sosial dan aspek politik juga ada di sana. Ternyata cukip kuat," jelasnya.
Ganjar pun ingin membuat sebuah buku cerita tentang bagaimana menyelesaikan masalah dari masing-masing peristiwa itu. Semen Rembang yang dulu orang marah menolak, dan sekarang pun mungkin masih ada yang marah, dan itu boleh dilanjutkan sebagai hak warga.
"Maka dalam bisnis migas ada participating interest. Sehingga daerah itu boleh ikut mengola. Itu saya contek sehingga Semen Rembang ada 6 desa yang mereka punya saham dari perusahaan itu. Tapi karena perusahaannya sudah go public, maka dibuatkan anak perusahaan yang menjadi supply chain di pabrik itu dan itu sahamnya dibagikan kepada 6 desa itu. Tentu tidak posisinya saham mayoritas. Itulah cara saya mencoba mengajak masyarakat sekitar bisa mendapatkan mafaat," tuntas Ganjar.