Dia menambahkan, di satu sisi bukan jaminan pula jika harga gas industri diturunkan maka industri akan langsung tumbuh dengan pesat. “Tidak ada yang bisa jamin jika harga gas industri turun maka otomatis industri akan meningkat,” tutur Sebastian.
Terkait soal analisa perkembangan saham emiten berkode PGAS ini, Sebastian memberikan sebuah ilustrasi. Saat ini spread rata-rata harga gas PGN adalah 2,32 dolar AS per MMBTU.
“Jika spread-nya diturunkan menjadi 2 dolar AS per MMBTU, maka pada tahun ini EBITDA perseroan akan turun menjadi USD 914 juta, lalu laba bersih hanya 187 juta dolar AS, dan target harga (target price/TP) saham PGN akan turun menjadi Rp1.500 per lembar saham,” kata Sebastian.
Spread adalah selisih antara harga beli gas dengan harga jual gas. Kondisi PGN akan terus tertekan jika spread-nya menjadi USD 1,5 per MMBTU. “EBITDA-nya akan turun lagi menjadi 749 juta dolar AS, laba bersih 91 juta dolar AS, dan TP menjadi Rp800 per lembar saham,” ujar dia.
Sebastian memastikan, jika spread PGN kembali terkoreksi menjadi di bawah 1 dolar AS per MMBTU maka Price Earning/PE (analisis fundamental yang menggambarkan seberapa besar investor menilai/menghargai suatu saham) dapat tinggal satu digit dan saham PGAS bisa terjun bebas di level Rp 460 per lembar saham.