Rekor tertinggi harga kopi terjadi pada tahun 1977 setelah hujan salju yang tidak biasa menghancurkan perkebunan di Brasil. Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen menyebut kekhawatiran atas panen tahun 2025 di Brasil menjadi pendorong utama,
"Negara ini mengalami kekeringan terburuk dalam 70 tahun terakhir selama bulan Agustus dan September, diikuti oleh hujan lebat pada bulan Oktober, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa panen bunga bisa gagal," katanya.
Bukan hanya perkebunan kopi Brasil, yang sebagian besar menghasilkan biji Arabika, yang dirugikan oleh cuaca buruk. Pasokan Robusta juga akan menyusut setelah perkebunan di Vietnam, produsen terbesar varietas tersebut, juga menghadapi kekeringan dan hujan lebat.
Kopi merupakan komoditas kedua yang paling banyak diperdagangkan di dunia berdasarkan volume, setelah minyak mentah, dan popularitasnya meningkat. Misalnya, konsumsi di China meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dekade terakhir.
Analis harga kopi di S&P Global Commodity Insights, Fernanda Okada menyebut permintaan untuk komoditas tersebut tetap tinggi, sementara persediaan yang dimiliki oleh produsen dan pemanggang dilaporkan berada pada level rendah.
"Tren kenaikan harga kopi diperkirakan akan berlanjut untuk beberapa waktu," kata Okada.